Google

Sunday, July 31, 2005

Thesis 3 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 3

Satu-satunya cara mencari kebenaran adalah mencari Yesus.

Pada suatu hari ada seorang pria yang ingin menjadi tukang roti. Dia selalu menyukai roti bakar yang baru keluar dari oven, dan dia merasa bahwa dia akan berbahagia bila bisa membuat roti untuk orang lain.

Maka dia segera berkeliling kota mencari tempat yang paling strategis untuk bisnis barunya. Dia mendapat tempat di sebuah sudut jalan, menyewa kontrator di kota itu, dan tidak lama kemudian dia telah memiliki toko roti yang siap untuk dibuka dengan bak anti karat dan berbagai peralatan membuat roti yang berkilau di bagian belakang toko, dan lemari pajangan dengan kaca yang bersinar di bagian depan untuk memajang barang-barangnya.

Tetapi keadaan tidak berjalan terlalu baik untuk sang tukang roti. Dia bekerja berjam-jam lamanya. Dia mempromosikan tokonya dengan segala cara yang dia bisa. Dia melakukan usaha yang terbaik untuk membuat usahanya berhasil. Namun kelihatannya dia tidak dapat menghasilkan jenis roti yang telah dirasakannya pada masa yang lalu. Ketika para pembeli mendatangi toko barunya, mereka jarang sekali membeli barang-barangnya. Dan mereka tidak pernah kembali.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun berjuang, dia harus mengakui bahwa dia telah gagal. Dia berada pada titik kebangkrutan. Dia telah mencoba segalanya yang dia ketahui untuk membuat toko rotinya sukses, dan tidak satupun yang berhasil.

Sesaat sebelum dia memutuskan untuk menyerah, dia mendengar sesuatu yang akan mengubah seluruh bisnisnya. Dia akhirnya mempelajari bahwa untuk membuat roti dia membutuhkan tepung! Dia tidak pernah mencobanya sebelumnya, tetapi bagaimanapun hal itu kedengarannya baik baginya. Dan dia mulai menggunakan tepung, hal itu telah mengubah segalanya.

Apakah engkau telah menebak bahwa ini adalah sebuah perumpamaan? Kita pasti sangat sulit mempercayai bahwa seseorang dapat mengabaikan dasar kebenarang yang begitu sederhana, yaitu perlu tepung untuk membuat roti. Kita menyadari akan sangat tragis bila mencoba mengelola sebuah toko roti tanpa tepung.

Tidak peduli bisnis apapun yang sedang engkau lakukan, engkau harus mengerti syarat-syarat tertentu yang mendasar jika engkau berharap untuk sukses. Engkau tidak akan dapat membuat bank tetap berjalan tanpa uang. Engkau tidak akan dapat mengelola perusahaan kereta api hanya dengan gerbong saja. Tidak mungkin memintal wool jikalau engkau tidak memiliki domba.

Tetapi bagaimana dengan menghidupkan kehidupan Kristen? Berapa banyak dari kita yang mengabaikan hal yang mendasar selama bertahun-tahun? Mencari kebenaran, tetapi tidak mengetahui bagaimana mendapatkannya? Dan hal itu tidak berarti apa-apa, namun hanya menambah frustasi untuk mencoba menjadi Kristen tanpa mengerti bagaimana cara meraihnya.

Wartawan memiliki pertanyaan-pertanyaan penting yang mereka tanyakan untuk mencapai ke dasar sebuah berita. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditransfer kepada kehidupan Kristen. Yang pertama adalah Apa? Kadang kala sangat mudah untuk membicarakan tentang apa dari kehidupan Kristen. Beberapa dari kita bertumbuh pada apa. Apa yang harus dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan, untuk menjadi seorang Kristen dan untuk diselamatkan. Kita benar-benar dikenyangkan oleh hal itu. Hal itu juga banyak dibicarakan pada kelas-kelas Alkitab, pekan doa, bertanya apa yang salah dengan ini, apa yang salah dengan itu?

Apakah salah membicarakan tentang apa? Tidak, Alkitab berisi banyak informasi tentang apa. Tetapi apa tidak pernah dapat menjadi dasar Kekristenan.

Kemudian ada pertanyaan Mengapa? Ini adalah pertanyaan intelektual yang canggih. Disinilah engkau menganalisa, membedah dan membahas. Ini adalah pertanyaan terbaik untuk mengisi waktu di jam pelajaran Sekolah Sabat. Mengapa dapat menjadi penting. TUHAN berfirman, “Marilah, baiklah kita berperkara.” Yesaya 1:18. Itu bukan alasan yang salah. Kita dilahirkan dalam peta Allah, dengan kesanggupan untuk berpikir dan menimbang. Namun mengapa tidaklah cukup.

Pertanyaan lain yang telah banyak menghabiskan banyak waktu dalam pelajaran sejarah gereja kita adalah pertanyaan Kapan? Kapankah semua itu terjadi? Dan kitapun memiliki bagan di dinding yang menceritakan tentang kapan. Mungkin beberapa orang tertarik pada kapan karena mereka berharap bisa bertobat di saat-saat terakhir. Tetapi yang lain khawatir bahwa kapan akan muncul di hadapan mereka sebelum mereka mengetahui bagaimana melakukan apa?

Jika engkau bertumbuh pada apa dan mengapa dan kapan, pertanyaan logis berikutnya adalah Bagaimana? Ini adalah pertanyaan praktis, dan itu dapat menuntunmu kepada teori kebenaran oleh iman. Jika engkau tidak mengerti bagaimana, yang lain hanyalah menyebabkan engkau frustasi. Tetapi dengan mengetahui bagaimana-pun tidaklah cukup, karena kebenaran oleh iman lebih dari pada sekedar teori. Itu adalah sebuah pengalaman. Dan bagaimana menjadi pertanyaan yang sangat menarik ketika engkau mengerti bahwa jawaban bagaimana adalah siapa!

Yesus adalah dasar dari Kekristenan. Adalah benar bahwa Alkitab membicarakan tentang mencari kebenaran. Zefanya 2:3 berkata, “Carilah TUHAN.” Dan beberapa dari kita telah berpikir bahwa cara untuk mencari Yesus adalah mencari kebenaran. Tetapi kita tidak mendapatkan bagaimana. Karena Kebenaran = Yesus, cara untuk mencari kebenaran adalah mencari Yesus. “Kebenaran TUHAN diwujudkan di dalam Kristus. Kita menerima kebenaran oleh menerima Dia.”—Mount of Blessing, hal. 18.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing