Google

Monday, July 11, 2005

Thesis 23 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 23

Orang Kristen yang bertumbuh mengalami penyerahan yang hidup-lagi, mati-lagi. Kadang kala mereka bergantung kepada TUHAN, kadang kala pada diri mereka.

Murid-murid berjalan menyusuri jalan menuju Kapernaum. Langkah kaki mereka bertambah lambat, dan semakin lambat, hingga mereka hampir tidak kelihatan lagi di belakang Yesus. Mereka sedang terlibat dalam perdebatan panas antara mereka dan tidak memperhatikan bahwa Yesus tidak lagi bersama mereka—kecuali melihat secara sepintas untuk memastikan bahwa Yesus tidak mendengar pembicaraan mereka.

Bahan pembicaraan mereka adalah sesuatu yang digemari: Siapa yang menjadi terbesar dalam kerajaan itu? Saat itu mereka sudah terlalu jauh untuk melibatkan Yesus dalam debat ini, berharap mendapatkan jawaban yang tegas dari-Nya yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini. Tetapi Dia pernah menjawab mereka hanya dengan perumpamaan tentang anak-anak kecil, dari pada memberikan kepada setiap mereka gambaran tugas yang jelas untuk jabatan yang mereka telah harapkan. Sekarang mereka merasa malu terhadap Dia karena mengetahui mereka masih mempersoalkan masalah itu. Kalaupun ini akan menjadi terakhir kalinya murid-murid terlibat dalam pertengkaran ini, karena jengkel pada usaha Yesus yang berulang-ulang untuk mengajar mereka. Mereka akan mendengarkan firman-Nya di sebuah rumah di Kapernaum hari itu. Mereka akan menyadari kesalahan mereka dalam mencari jabatan yang tertinggi, dosa Lucifer sejak awalnya. Tetapi jauh sebelum Yakobus dan Yohanes akan datang, melalui ibu mereka, dengan permohonan yang berulang-ulang untuk mendapatkan posisi tertinggi, di sebelah kanan dan kiri, dan murid-murid akan melakukannya lagi. Tidak lama kemudian, Petrus, Yakobus, dan Yohanes akan terlibat dalam sebuah perjalanan misterius ke puncak bukit, dan sembilan yang ditinggalkan akan menghabiskan malam itu dengan berdebat tentang siapa yang akan menjadi terbesar. Bahkan rasa malu karena tidak mampu mengusir setan pagi berikutnya tidak cukup untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Karena itu di ruang atas, pada malam sebelum penyaliban, mereka kembali berada di ujung pedang, setiap orang tidak mau menyerahkan keinginannya untuk mendapatkan tempat tertinggi dan mengambil bagian menjadi seorang hamba.

Murid-murid itu melakukan dosa. Mereka tahu itu adalah dosa. Namun mereka tetap melakukannya berulang-ulang.

Siapakah murid-murid ini? Mereka adalah orang-orang yang beruntung menjalani waktu selama tiga tahun dalam hubungan yang erat bersama Yesus. Mereka bergaul dengan-Nya setiap waktu. Mereka adalah orang-orang yang bertobat, karena Yesus berkata kepada mereka apa bila mereka kembali dari perjalanan missionary mereka, agar jangan bersukacita karena kepada mereka diberikan kuasa mengalahkan setan, namun mereka akan bersukacita karena nama mereka tertulis di surga. Baca Lukas 10:20. Buku kehidupan tidak pernah berisi nama orang-orang yang tidak pernah bertobat. Baca Yohanes 3.

Cerita tentang murid-murid adalah cerita yang mengganggu bagi beberapa orang. Hal itu benar-benar sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab, dan faktanya pola hidup-lagi, mati-lagi tidak dimulai atau diakhiri dengan murid-murid. Abraham, Yakub, Elia, Daud, Maria dan Martha, dan bahkan Paulus, menunjukkan pola yang sama, bersama dengan banyak nama lainnya. Hal itu mengganggu, tetapi itulah kenyataannya. Sebuah kenyataan yang dicatat Alkitab dengan setia.

Kita telah mengetahui di pelajaran awal bahwa tidak ada yang namanya penyerahan parsial (sebagian). Penyerahan adalah semua atau tidak sama sekali. Tetapi ada kemungkinan untuk penyerahan yang tidak terus-menerus. Kenyataannya, berdasarkan riwayat-riwayat hidup yang Alkitab berikan kepada kita, kita mungkin bisa berkata lebih jauh lagi bahwa penyerahan yang tidak terus-menerus bukan hanya sebuah kemungkinan. Lebih sering dari tidak, membutuhkan waktu dan ujian dan kesalahan sebelum seseorang yang telah menyerah kepada TUHAN belajar untuk tetap menyerah kepada Dia sepanjangn waktu, tanpa keraguan.

Thesis 72 akan memasuki rincian yang lebih besar tentang pola hidup-lagi, mati-lagi ini dalam kehidupan orang Kristen. Tetapi untuk saat ini, cukuplah sampai di sini: Seandainya engkau menemukan bahwa dirimu berada dalam posisi murid-murid? Seandainya engkau menemukan bahwa satu menit engkau bergantung kepada TUHAN dan mengalami kemenangan—dan menit berikut, dalam berbagai cara engkau mulai bergantung pada dirimu sendiri dan menemukan bahwa engkau telah jatuh dan gagal dan berdosa lagi. Apa yang akan engkau lakukan?

Di sini ada pelajaran dan dorongan untuk orang seperti itu. “Jika seseorang yang setiap hari bersekutu dengan TUHAN berbuat kesalahan, jika dia berpaling sesaat dari memandang secara tetap kepada Yesus, itu bukan karena dia berkemauan untuk berbuat dosa; karena ketika dia melihat kesalahannya, dia kembali lagi, dan memperteguh pandangannya kepada Yesus, dan kenyataan bahwa dia telah bersalah, tidak membuat dia kurang dekat di hati Allah.”—Ellen White, Review and Herald, 12 Mei 1896.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing