Google

Wednesday, July 27, 2005

Thesis 7 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 7

Perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita diselamatkan. Perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita dibinasakan.

Saudara A. T. Jones adalah salah seorang dari orang-orang yang memperjuangkan kebenaran hanya oleh iman di dalam Kristus saja selama masa tekanan tahun 1888 di dalam gereja kita. Dia secara terang-terangan adalah pembicara yang berapi-api dan seorang yang cukup individualis. Dalam semangatnya dia telah menekankan masalah ini terlalu keras, dan TUHAN mengirimkan sebuah nasehat kepadanya. Nasehat itu ditemukan dalam Selected Messages, jilid 1, di awal halaman 377.

Saudara Jones telah beberapa kali menyatakan bahwa perbuatan baik tidak ada nilainya, tidak seorangpun berada dalam kondisi menuju keselamatan. Ellen White mengatakan kepadanya, “Saya tahu apa yang engkau maksudkan, tetapi engkau meninggalkan kesan yang salah pada pikiran banyak orang. Sementara perbuatan-perbuatan baik tidak akan menyelamatkan satu jiwapun, namun adalah mustahil untuk menyelamatkan bahkan satu jiwapun tanpa perbuatan-perbuatan baik.”—Hal. 337. Dan hanya pada beberapa halaman berikutnya kemudian pada buku yang sama, halaman 388, dia berkata, “Perbuatan-perbuatan tidak akan membeli izin masuk ke dalam surga.”

Lalu dimana saudara Jones terlalu keras menekankan permasalahannya? Apa perbedaan antara mengatakan bahwa perbuatan baik tidak ada nilainya dan mengatakan bahwa perbuatan baik tidak akan menyelamatkan satu orangpun ke surga, atau membayar izin masuk ke dalam surga?

Beberapa orang lompat kepada kesimpulan bahwa jika perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita, tentu perbuatan-perbuatan baik bukanlah sesuatu yang penting. Dan jika perbuatan-perbuatan jahat kita tidak menyebabkan kita binasa, maka berbuat jahat sudah pasti tidak apa-apa. Namun satu kata kunci mencegah kesalahmengertian ini. Dalam membicarakan tentang hubungan perbuatan-perbuatan baik kita dan perbuatan-perbuatan jahat kita dalam menyebabkan kita diselamatkan atau dibinasakan, jangan melewatkan kata menyebabkan.

Kita tidak sedang membicarakan pentingnya perbuatan-perbuatan baik. Kita tidak sedang membicarakan tujuan perbuatan-perbuatan baik. Kita sedang membicarakan tentang metode keselamatan. Dan bila dihubungkan dengan keselamatan, maka perbuatan-perbuatan baik bukanlah penyebab. Perbuatan-perbuatan baik adalah hasil.

Apa yang menyebabkan kita diselamatkan? Kita tahu bukan perbuatan-perbuatan baik kita. Roma 3:20 berkata, “Sebab tidak seorangpun yang bisa dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Yesus adalah Orang yang menyelamatkan kita, dan kita selamat oleh menerima Dia. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Kisah 4:12.

Pusat perhatian kita tidak boleh pada perbuatan-perbuatan kita, apakah perbuatan itu baik atau jahat. Dalam mencari keselamatan, kita harus berpusat pada Yesus, dan oleh memandang Dia kita diubahkan ke dalam rupa-Nya. Setiap kali kita melihat kepada diri kita, maka kita pasti akan gagal. Selain kita melihat keberdosaan kita dan menjadi lemah, atau kita akan melihat perbuatan-perbuatan baik kita dan menjadi sombong. Kemanapun kita melangkan dalam cara itu, tetap saja menemukan jalan buntu. Hanya oleh memandang kepada Yesus kita bisa selamat.

Paulus sangat bersemangat pada persoalan keselamatan oleh iman di dalam Kristus saja. Tetapi dia tidak menentang perbuatan-perbuatan baik. Dia telah menjadi orang yang paling baik di daerahnya. Dia membicarakan tentang hal itu dalam Filipi 3:4 dan berkata, “Jika ada orang menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi.” Namun pada akhirnya dia menganggap semua itu sebagai kerugian ketika dibandingkan dengan kebenaran Kristus. “Dihakimi oleh hukum Torat yang digunakan manusia untuk menyatakan kehidupan luarnya, dia dinyatakan tidak berdosa; tetapi ketika dia memandang kepada kedalaman ajaran-ajarannya yang suci, dan melihat dirinya sebagaimana Allah melihat dia, dia sujud di dalam kehinaan dan mengakui kesalahannya.”—Steps to Christ, hal. 29,30.

Suatu waktu saya sedang mendiskusikan thesis ini dengan sekelompok pendeta. Ketika kami berbincang tentang separuh bagian pertama, yang menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita diselamatkan, semua setuju. Tetapi ketika kami tiba pada separuh bagian kedua, bahwa perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita dibinasakan, beberapa dari mereka mulai gelisah.

Tetapi izinkanlah saya bertanya kepadamu, jika bagian pertama benar, bukankah bagian kedua juga benar? Bukankah kedua bagian mengemukakan kebenaran yang sama? Keselamatan kita berdasar kepada penerimaan yang terus-menerus kepada Yesus dan pengorbanan-Nya bagi kita, melalui hubungan setiap hari bersama Dia. Hal itu tidak didasarkan pada tingkau laku. Keselamatan lebih dalam dari pada tingkah laku. Dan begitu juga dengan kehilangan keselamatan! Tingkah laku bukanlah garis pemisah yang menentukan nasib kekal seseorang.

Jika engkau akhirnya diselamatkan, itu karena engkau telah berhubungan dengan Yesus sebagai Juruselamatmu. Perbuatan-perbuatan baik dengan tidak diragukan lagi akan muncul, tetapi hal itu bukanlah penyebab keselamatanmu. Dalam cara yang sama, jika engkau binasa pada akhirnya, itu karena engkau meninggalkan Yesus yang sedang mengetuk dengan sia-sia di luar pintu hatimu. Perbuatan-perbuatan jahat bisa muncul, tetapi itu adalah hasil, bukan penyebab. TUHAN tidak menghakimi melalui tindakan-tindakan luar, tetapi oleh hati. Masalah hati adalah masalah kehidupan. Baca 1 Samuel 16:7; Amsal 4:23.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing