Google

Tuesday, July 26, 2005

Thesis 8 - DOSA

DOSA

Thesis 8

Setiap orang dilahirkan penuh dosa (atau berpusat pada diri) karena setiap orang dilahirkan terpisah dari Allah


Sebagai manusia, kita memiliki sedikitnya dua persamaan. Pertama, kita telah dilahirkan. Kedua, kita dilahirkan penuh dosa. Masalah dosa kita berawal dari kelahiran, karena kita dilahirkan terpisah dari Allah.

Kadang kala orang merasa sulit menerima kebenaran ini. Mereka melihat pada seorang bayi yang baru lahir dan berkata, “Bagaimana mahluk yang begini mungil, tidak berdaya, bisa penuh dosa?” Tetapi beberapa orang merasa sulit menerima kenyataan bahwa seorang bayi yang baru lahir sepenuhnya mementingkan diri! Tidak peduli betapa lelahnya sang ibu atau sang ayah yang harus bekerja besok. Jika seorang bayi ingin diberi makan atau dibersihkan atau diajak bermain, dia selalu punya cara untuk agar diperhatikan. Seorang bayi sepenuhnya berpusat pada diri.

Dilahirkan ke dunia ini adalah pengalaman tragis! “Warisan untuk anak-anak adalah dosa. Dosa telah memisahkan mereka dari Allah.”—Child Guidance, hal. 475. Karena dosa Adam, keturunannya dilahirkan dengan membawa kecenderungan ketidakmenurutan. Baca komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, Vol. 5, hal. 1128.

Pada tujuh thesis pertama kita telah belajar tentang kebenaran. Karena lawan dari kebenaran adalah dosa, kelihatannya cukup masuk akal bila kita menjadikannya pokok pembahasan berikutnya. Pengertian yang jelas tentang kebenaran dan dosa adalah penting bagi setiap pelajaran keselamatan oleh iman. Bagaimana engkau menangani kedua topik ini dapat menjadi retakan kecil yang akan menganga menjadi jurang nantinya.

Pelajaran kita tentang kebenaran sejauh ini mungkin dapat dirangkumkan dengan mengatakan bahwa kebenaran datang melalui hubungan Yesus, hal itu tidak didasarkan pada tingkah laku. Jika itu benar, maka kita juga harus mendefinisikan dosa sebagai sesuatu yang lebih dari pada sekedar tingkah laku. Kita penuh dosa oleh kelahiran. Kita pada dasarnya penuh dosa. Sifat dasar kita adalah jahat; perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah hasil dari sifat dasar kita.

Paulus berkata dalam Efesus 2:3, “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai.” Mazmur 58:4, “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah tersesat.” Dan bila engkau merasa ragu siapakah yang termasuk di antara “orang fasik”, ingatlah Roma 3:10, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”

Alkisah, Seekor kalajengking ingin menyeberangi sebuah sungai. Dia bertemu dengan katak di tepi sungai dan meminta agar diizinkan untuk naik ke punggung katak.

“Oh tidak,” jawab sang katak. “Jika aku mengizinkan engkau merangkak ke punggungku, engkau akan menyengatku dan aku akan mati.”

“Mengapa aku harus melakukan itu?” tanya kalajengking. “Jika aku menyengatmu dan engkau mati, maka kita berdua akan tenggelam, dan aku tidak akan berhasil menyeberangi sungai.”

Pendapat kalajengking masuk akal bagi katak, maka dia mengizinkan kalajengking naik ke punggungnya dan diapun mulai berenang.

Sekitar separuh perjalanan menuju ke seberang, kalajengking menyengat sang katak. Saat katak dalam keadaan sekarat dia berkata, “Mengapa engkau melakukan itu? Sekarang kita berdua akan mati!”

Kalajengking menjawab dengan sedih, “Aku tahu, tapi aku tidak mampu menahannya. Itu adalah sifat alamiahku.”

Ini adalah dilema umat manusia. Sifat dasar kita adalah kemerosotan. Kita tidak bisa menolong diri kita. Bahkan walaupun kita menyadari bahwa kita sedang menghancurkan diri kita, kita menemukan bahwa kita tidak berdaya untuk berhenti berbuat dosa, karena sifat dasar kita adalah kejahatan. “Akibat dari memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat dinyatakan di dalam pengalaman setiap manusia. Dalam sifat dasarnya ada kecenderungan berbuat jahat, sebuah kekuatan, bila tanpa bantuan, tidak dapat dilawannya.”—Education, hal. 29. Karena dosa Adam, “sifat alamiah kita telah jatuh, dan kita tidak dapat membuat diri kita benar.”—Steps to Christ, hal. 62.

Karena masalah dosa lebih dalam dari pada sekedar berbuat hal-hal yang salah, karena sifat alamiah kita penuh dosa dari sejak kita dilahirkan ke dunia yang berdosa ini, maka jawaban untuk masalah dosa harus lebih dalam dari pada sekedar tingkah laku. TUHAN menawarkan untuk mulai dari awal lagi. Dia menawarkan kita kelahiran baru, bersama dengan sifat alamiah baru.

Yesus menjelaskan kepada Nikodemus dalam khotbah tengah malam-Nya kepada satu-satunya pendengar bahwa kecuali dilahirkan kembali, kita tidak memiliki pengharapan untuk melihat kerajaan surga. Kelahiran pertama tidak berguna bagi kehidupan kekal—sebuah kelahiran kedua harus mengikutinya. Kabar baik tentang keselamatan adalah bahwa karena Yesus kita dapat menerima sifat alamiah baru, dan oleh memberikan sifat alamiahnya yang suci, kita dapat melepaskan diri dari kejahatan dunia yang penuh dosa dimana kita dilahirkan ini.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing