Google

Sunday, May 29, 2005

Thesis 66 - USAHA

USAHA

Thesis 66

Ketika tiba pada iman sejati dan perbuatan, engkau tidak bisa memiliki yang satu tanpa yang lain.

Sebuah lagu lama berkata, “Cinta dan perkawinan, cinta dan perkawinan, berjalan bersama seperti seekor kuda dan kereta—engkau tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain.” Orang pada masa sekarang ini telah berusaha dengan bersusah payah untuk membuktikan bahwa cinta dan perkawinan tidak perlu harus berjalan bersama. Dan semua mereka akhirnya membuktikan pada prosesnya bahwa perencanaan Allah bagi perkawinan dan keluarga adalah yang terbaik, bagaimanapun.

Tetapi iman dan perbuatan selalu berjalan bersama. Mungkin saya dapat menemukan sebuah ilustrasi yang tidak dapat dibantah. Bagaimana dengan sinar matahari dan bayangan? Mereka selalu berjalan bersama, bukan? Engkau tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain! Di dunia ini, kapanpun ada cahaya, di sana ada bayangan—itu adalah hukum yang tidak fleksibel.

Steps to Christ, hal. 83, berbicara tentang “sukacita yang tidak berbayang pada kehidupan yang akan datang.” Di dunia ini, sukacita kitapun memiliki bayangan! Mungkin “sukacita yang berbayang” inilah yang membuat kita mungkin menangis karena gembira. Karena setiap sukacita selalu datang dengan sebuah bayangan. Kita bersukacita ketika seseorang menerima Kristus dalam hidupnya, sementara pada saat yang sama kita merasakan bayangan dari orang-orang yang menolak Dia. Kita menemukan sukacita dalam keindahan alam, tetapi bayangan kematian dan penyakit selalu ada, tidak masalah kemanapun kita pergi. Berita baik dan berita buruk datang bersama-sama. Kadang kala kita akan mengalami—sebagai sebuah berkat yang langka—sebuah “hari yang sempurna”, tetapi akan selalu ada bayangan dari hari-hari sebelum atau sesudahnya yang akan mengikuti. Hubungan antar manusia kita berbayang; penerimaan cinta dari satu pihak berpasangan dengan kesalahpahaman pada pihak lain. Hati kita dapat membara di dalam diri kita ketika TUHAN sendiri datang mendekat untuk bersekutu dengan kita; namun selalu ada bayangan, bahkan, pada saat Dia kelihatannya menyelubungi wajah-Nya dan kita tidak dapat merasakan kehadiran-Nya.

Maka apakah engkau berbicara tentang dunia jasmani atau rohani, sinar matahari dan bayangan selalu berjalan bersama.

Hal yang sama berlaku pada iman dan perbuatan. Jika perbuatan adalah sejati, sumbernya adalah iman di dalam Kristus. Jika iman adalah sejati, perbuatan akan menjadi hasil yang tidak terelakkan. Ketika engkau memutuskan pilihan untuk tinggal di dalam Kristus, engkau telah memutuskan pilihan untuk berbuah, karena barangsiapa tinggal di dalam Dia akan berbuah banyak. Iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Selected Messages, jilid 1, hal. 397, berkata, “Iman sejati akan dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan baik; karena perbuatan-perbuatan baik adalah buah iman.”

Ketika kita membicarakan tentang iman dan perbuatan, seseorang biasanya membawakan ilustrasi tentang dua dayung. Jika engkau berusaha mendayung dengan satu dayung—yang mana saja—engkau tidak akan maju. Tetapi jika engkau menggunakan dua dayung bersama-sama, perahumu akan maju ke pantai surgawi! Dan orang yang menggunakan ilustrasi tersebut biasanya melakukan hal itu untuk membuktikan bahwa dia harus meletakkan usaha yang sama pada iman dan perbuatan.

Tetapi kebenarannya adalah bahwa kita tidak berusaha pada satupun! Iman adalah sebuah karunia, dan penurutan adalah sebuah karunia. Apa yang kita usahakan adalah tetap tinggal dalam perahu tersebut—atau tinggal dalam hubungan bersama Kristus melalui doa dan belajar Firman-Nya. Ketika kita datang kepada Kristus untuk bersekutu dan berbakti bersama Dia, hal yang pertama dihasilkan adalah iman sejati. Dan yang kedua adalah kebenaran sejati.

Perumpamaan mengenai dayung adalah benar, namun, jika engkau mengerti hal itu dengan benar—bahwa iman dan perbuatan adalah seperti dua buah dayung dalam istilah kepentingan. Iman dan perbuatan sama pentingnya. Tetapi cara untuk memperoleh baik iman dan perbuatan adalah melalui hubungan yang terus-menerus bersama Kristus Yesus.

Dalam Yakobus 2:17, kita menemukan adalah mungkin untuk memiliki iman yang mati. Yakobus berkata, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Dalam Ibrani 6:1, kita menemukan adalah mungkin untuk memiliki perbuatan yang mati juga. Iman dan perbuatan harus ada bersama-sama agar keduanya tetap hidup. Perbuatan sejati akan mengikuti iman sejati, dan iman sejati akan datang sebagai hasil persekutuan bersama Allah, sepasti sinar matahari diikuti oleh bayangan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing