Google

Saturday, May 28, 2005

Thesis 67 - PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

Thesis 67

Iman bertumbuh dalam kwantitas, bukan kwalitas. Pertumbuhan di dalam keteguhan dari ketergantungan kepada Allah.

Martha akhirnya keluar dari dapur! Dia telah belajar bagi dirinya sendiri apa artinya duduk di kaki Yesus bersama Maria. Dia percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Juruselamat dunia, Anak Allah. Dia percaya apapun yang Dia minta dari Bapa akan dikabulkan. Dia menerima pernyataan bahwa Dia adalah Kebangkitan dan Hidup. Tetapi ketika semua mata orang-orang itu tertuju kepada kuburan saudara laki-lakinya dan Yesus bertanya bahwa batu itu akan dibuka, iman Martha goyah. Martha yang hidup-lagi, mati-lagi.

Abraham adalah sahabat istimewa Allah. Dia telah meninggalkan rumah dan negerinya untuk menjadi pengembara, mengikuti Suara di dalam hatinya yang menunjukkan arah kepadanya. Keberatan keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak mengubah pilihannya. Ketika TUHAN menjanjikannya seorang anak, sebuah warisan, untuk menjadi bapa sebuah bangsa yang besar, dia telah bersukacita. Tetapi satu hal yang tidak pernah dia pikirkan; dia tidak tahu bahwa hal itu akan membutuhkan waktu yang begitu lama. Penantian itu sepertinya sudah keterlaluan. Dia akhirnya menjadi bapa dari dua bangsa, yang saling memerangi satu dengan yang lain hingga saat ini. Abraham yang hidup-lagi, mati-lagi.

Musa adalah seorang nabi dan lebih dari seorang nabi. Dia telah berbicara bersama Allah muka dengan muka. Selama empat puluh tahun dia telah memimpin sebuah bangsa yang pemberontak dan keras kepala melintasi padang pasir, melayani berbagai kebutuhan mereka. Dia telah membela mereka di hadapan Allah Sendiri, menolak menyetujui pembinasaan mereka bahkan ketika mereka sangat layak dibinasakan. Namun imannya gagal pada saat sangat dekat dengan perbatasan Tanah Perjanjian itu, dan dia berdosa secara begitu terbuka dan terang-terangan sehingga Allah tidak memiliki pilihan lain tetapi harus menolak memberi kehormatan kepadanya untuk menyelesaikan tugas yang telah dimulainya. Musa yang hidup-lagi, mati-lagi.

Klub hidup-lagi mati-lagi memiliki banyak anggota! Daud, Samson, Adam, Paulus, Hizkia, Petrus, Yakub. Daftar itu terus bertambah panjang dan bertambah panjang. Sejarah kudus mencatat hanya beberapa kekecualian: Henokh, Elisha, Daniel. Dan beberapa orang lainnya.

Sebuah penyelidikan dari kasus dalam sejarah Alkitab membuktikan bahwa walaupun kepercayaan dan ketergantungan di dalam Allah yang tidak berkeputusan itu adalah mungkin, hidup-lagi mati-lagi adalah mungkin. Bagi banyak orang Kristen, kenyataannya adalah mengalami penyerahan yang hidup-lagi, mati-lagi. Kenyataan itu telah mengambil waktu untuk belajar bergantung kepada Allah setiap waktu, dan tidak pernah pada diri kita sendiri. Dan walaupun tujuan Allah bagi kita adalah kita selalu mempercayai Dia, kita lebih baik mengakui dan mengetahui bahwa kenyataan dalam kebanyakan kasus, kita tidak mencapai tujuan tersebut dalam satu malam.

Pertumbuhan di dalam kehidupan orang Kristen adalah belajar untuk bergantung kepada Allah lebih dan lebih setiap waktu. Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya, ketergantungan kepada Allah adalah sebuah soal semua-atau-tidak sama sekali. Tidak ada hal seperti kepercayaan yang separuh-separuh atau penyerahan yang separuh-separuh. Engkau berserah kepada Allah pada setiap waktu yang engkau punya, atau engkau tidak berserah kepada-Nya dan bergantung kepada dirimu sendiri.

Kita tinggal di dalam Kristus hari demi hari melalui hubungan yang terus-menerus bersama Dia. “Apakah engkau bertaya, ‘Bagaimana aku tinggal di dalam Kristus?’ Dalam cara yang sama saat engkau menerima-Nya pada pertama kalinya. ‘Saat engkau telah menerima TUHAN Kristus Yesus, maka berjalanlah di dalam Dia.’ Orang benar akan hidup oleh iman.’”—Steps to Christ, hal. 69.

Selama kita bergantung kepada-Nya, kita akan mengalami semua kemenangan dan penurutan yang Dia telah tawarkan.

Tetapi berkali-kali sang musuh bisa membuat kita mengalihkan pandangan kita dari Kristus dan berhenti sesaat untuk bergantung kepada-Nya. Kemudia kita akan jatuh dan gagal dan berdosa. Hal itu terjadi pada banyak orang di dalam Alkitab; hal itu terjadi kepada banyak orang sekarang ini. Ketika hal itu terjadi, bagian kita adalah untuk kembali lagi kepada Yesus, menuntut kembali janji-Nya, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9. Dan kita melanjutkan hubungan bersama Dia. Kita tidak menunggu dua minggu bagi Allah untuk menenangkan diri-Nya. Kita tidak menyerah dan memutuskan bahwa kita tidak akan berhasil menuju ke surga. Kita tidak berusaha untuk “menebus kesalahan-kesalahan” kita sendiri dan kemudian kembali kepada-Nya. Kita kembali kepada-Nya segera, mengaku dosa kita dan keperluan kita terhadap-Nya. Melalui semua itu, hubungan bersama Allah berlanjut.

Pertumbuhan dalam kehidupan orang Kristen terjadi saat kita melanjutkan hidup oleh iman di dalam Dia, saat kita melanjutkan mencari persekutuan bersama Dia hari demi hari. Karena pada saat kita datang kepada Kristus hari demi hari, Dia akan bekerja di dalam kita untuk membawa kita kepada ketergantungan yang terus-menerus di dalam Dia.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing