Google

Thursday, May 26, 2005

Thesis 69 - PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

Thesis 69

Orang Kristen bertumbuh lebih kuat oleh menyadari kelemahan mereka. Ketika mereka lemah, maka mereka kuat.

Bill telah berada dalam kesulitan yang sama begitu seringnya sehingga ia tidak dapat menghitungnya. Maka dia pergi ke dokter, yang sekarang berdiri mengangguk-anggukkan kepalanya, menatap pada wajah Bill yang tidak bercukur dan matanya yang merah.

“Saya pikir saya sudah tidak punya harapan lagi, kan dokter?” kata Bill.

“Ya, saya kira demikian.”

“Kalau begitu bagaimana kalau saya minum sekali lagi, karena hal itu tidak membawa perbedaan sama sekali.”

“Baiklah, saya akan memberikanmu sebuah minuman,” dokter itu menjawab dengan mengejutkan. “Tetapi pertama-tama engkau harus melakukan sesuatu untuk saya.”

“Apa itu?” tanya Bill.

“Di bawah lorong itu,” jawab dokter, “ada seorang anak muda yang untuk pertama kali berada di sini. Saya sudah menyerah terhadapmu—tetapi dia mungkin bisa berubah. Saya ingin engkau turun dan pergi ke kamarnya dan membiarkannya untuk bisa melihat dirimu—hanya itu. Mungkin jika dia melihatmu, hal itu akan membuatnya cukup takut sehingga mencegahnya untuk dibawa kembali ke sini.”

Bill setuju, dan pergi turun menuju lorong untuk menemui anak muda yang, seperti dirinya, telah dibawa ke rumah sakit untuk dirawat setelah bermabuk-mabukan.

Pada awalnya dia melakukannya untuk mendapatkan satu minuman lagi. Tetapi Bill mulai berbicara dengan anak muda itu. “Jangan sia-siakan hidupmu,” dia mendesaknya. “Lihatlah diriku. Keluargaku telah pergi, kehormatanku telah hilang. Aku tidak punya pekerjaan; aku tidak punya sahabat. Aku kehilangan kesehatan dan reputasiku. Apakah engkau ingin berakhir seperti ini?”

“Aku tidak akan pernah berakhir sepertimu,” anak muda itu berkeras. “Aku dapat berhenti minum kapan saja aku mau.”

“Itulah yang selalu aku pikir juga,” jawab Bill. “Tetapi hal itu tidak benar. Aku tidak dapat berhenti. Satu-satunya cara agar aku dapat berhenti adalah jika TUHAN Sendiri memberikan aku kekuatan itu. Dan itulah satu-satunya cara bagimu untuk berhenti juga. Engkau tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan minumanmu, atauy engkau tidak akan berada di sini. Engkau harus belajar untuk bergantung pada sebuah Kekuatan yang lebih tinggi.”

Bill kembali ke rumah sakit berkali-kali setelah hari itu, tetapi tidak pernah lagi sebagai seorang pasien. Dia tidak pernah kembali kepada dokter itu untuk mengumpulkan minuman yang dijanjikan. Dia kembali untuk berbicara kepada orang lain yang telah dibawa dalam kondisi yang sama, yang sedang bergumul dengan alkoholisme. Itulah awal mula Alcoholics Anonymous (di Amerika dikenal dengan “AA”).

Prinsip yang ditemukan Bill dalam kunjungannya bersama anak muda itu adalah dasar dari Alcoholics Anonymous saat ini. Setiap orang harus datang kepada keadaan dimana dia mengakui bahwa dia memiliki sebuah kebutuhan yang besar. Dia diajar untuk mulai mengatakan, “Saya adalah seorang alkoholik.” Dan dia secara terus-menerus diingatkan akan ketergantungannya kepada sebuah Kuasa yang lebih tinggi, jika masalah itu hendak dikendalikan. Dalam mengakui dan mengetahui kelemahan dia menemukan kekuatan.

Setiap kita dapat membuat pengakuan yang mirip: “Aku adalah seorang berdosa.” Kita harus menyadari sebagai seorang Kristen bahwa kita tidak bertumbuh oleh menjadi lebih kuat dan lebih kuat. Kita bertumbuh oleh menyadari setiap hari betapa lemahnya kita dan betapa bergantungnya kita pada kasih karunia Allah. Itulah yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 12:10: “Jika aku lemah, maka aku kuat.” “Ketika kita memiliki sebuah kesadaran tentang kelemahan kita, kita belajar untuk bergantung pada sebuah kuasa yang bukan berasal dari dalam diri kita.”—The Desire of Ages, hal. 493.

Kebenaran ini dapat menjadi sebuah ancaman bagi orang-orang kuat. Orang-orang yang mendapatkan keamanan dalam kekuatan dan disiplin diri mereka sendiri, yang merasa nyaman karena perilaku baik mereka, menemukan pemikiran tentang mengakui kelemahan merupakan serangan. Tetapi orang yang kuat, atau berpikir bahwa dia kuat, tidak merasakan kebutuhan akan seorang Juruselamat.

Apakah kita mengakuinya atau tidak, apakah kita mengetahuinya atau tidak, setiap orang dari kita adalah lemah. Hanya pada saat kita menyadari kelemahanlah, kita dapat dituntun mencari kuasa dari luar dan di atas diri kita. “Kekuatan kita yang terbesar adalah menyadari ketika kita merasa dan mengetahui kelemahan kita.”—Testimonies, vol. 5, hal. 70.

Apakah engkau menganggap dirimu seorang yang kuat? Engkau dapat sungguh-sungguh kuat saat engkau menemukan kekuatanmu di dalam Dia. Apakah engkau menganggap dirimu lemah? Maka ada kabar baik untukmu! Kekuatannya menjadi sempurna dalam kelemahan. Baca 2 Korintus 12:9. Tidak masalah betapa kuat engkau anggap dirimu, kekuatanmu yang sebenarnya hanya datang saat engkau mengakui kelemahanmu. Tidak masalah betapa lemah dirimu, engkau dapat menjadi kuat di dalam Dia.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing