Google

Monday, May 23, 2005

Thesis 72 - TINGGAL

TINGGAL

Thesis 72

Hubungan setiap hari yang tetap bersama Allah menuntun kepada penyerahan yang tetap, waktu demi waktu dalam ketergantungan kepada-Nya.

Misalkan engkau sedang berada dalam sebuah lift, berjalan menuju puncak gedung World Trade Center. Ketika lift tersebut bergerak terus ke atas, engkau membungkuk untuk mengikat tali sepatumu, terpeleset, dan jatuh. Engkau telah jatuh ke bawah, bahkan ketika sedang bergerak naik!

Ini mungkin ilustrasi yang tidak terlalu jelas tentang perbedaan dua jenis tinggal. Kita dapat datang kepada TUHAN hari demi hari dan tinggal di dalam-Nya hari demi hari. Itu adalah hubungan setiap hari yang tetap yang memberikan kendali kepada TUHAN untuk menentukan tujuan kita. Jika kita tinggal di dalam-Nya hari demi hari, melalui hubungan setiap hari bersama-Nya, tujuan kita akan ke atas. Kita memilih apakah kita mau tinggal di dalam hubungan bersama-Nya hari demi hari ketika kita memilih apakah hendak menjalani waktu khusus dalam perenungan tentang kehidupan Kristus dan dalam doa dan persekutuan bersama-Nya atau tidak. Dan selama kita datang kepada-Nya dalam hubungan setiap hari yang tetap, mengundang pengendalian-Nya atas kehidupan kita, tujuan kita akan ke atas.

Tetapi banyak orang Kristen telah tersiksa karena menyadari bahwa bahkan ketika mereka telah memilih sebuah hubungan setiap hari yang tetap bersama Kristus, berkali-kali mereka masih dapat berpaling dari pada-Nya kepada diri mereka sendiri. Dan pada saat itulah mereka jatuh dan gagal dan berdosa. Yang mana membawa kita kepada jenis kedua dari tinggal—sebuah ketergantungan waktu demi waktu yang tetap. Bahkan ketika hubungan setiap hari yang tetap itu tidak berkeputusan, adalah mungkin bagi ketergantungan waktu demi waktu yang tetap itu untuk menjadi hidup-lagi, mati-lagi.

Mari kita tinggalkan hal itu sejenak untuk mulai dengan, hubungan setiap hari yang tetap yang menentukan tujuan kita dan takdir kita. Steps to Christ, hal. 57, 58, berkata: “Tabiat dinyatakan, terkadang perbuatan baik dan terkadang perbuatan salah, tetapi dengan kecenderungan kata-kata dan tindakan yang telah menjadi kebiasaan.” (Penekanan ditambahkan).

Tetapi ketergantungan waktu demi waktu yang tetap itulah yang menentukan kemenangan atau kekalahan dalam kehidupan orang Kristen. Setiap kali kita melihat kepada Yesus dan bergantung kepada kekuatan-Nya, kita akan mengalami kemenangan. Setiap kali kita melihat kepada diri kita sendiri dan bergantung kepada kuasa diri kita sendiri, kita dikalahkan. Bergantung kepada diri apakah kita kuat atau lemah, kekalahan mungkin hanyalah di sebelah dalam atau juga sebagaimana di sebelah luar. Jika kita kuat, kita bisa saja berperilaku benar, tetapi jatuh dan gagal dan berdosa di dalam hati. Jika kita lemah, kekalahan akan tampak pada bagian luar dan dalam. Tetapi jika kita bergantung kepada diri sendiri dari pada kepada kuasa Yesus, kita tidak punya pilihan lain tetapi jatuh dan gagal dan berdosa.

Jika kita hendak mencoba menggambarkan sebuah grafik dari kehidupan seorang Kristen, itu mungkin kelihatannya seperti ini:



Orang yang berada di dalam hubungan setiap hari yang tetap bersama Kristus memiliki kecenderungan yang mengarah ke atas dalam kehidupannya, walaupun kadang kala mengalami kegagalan.

Namun, jika seseorang tidak berada di dalam hubungan setiap hari yang tetap bersama Kristus, maka garisnya akan menunjukkan seperti ini:




Dia bisa saja sesekali tergugah untuk mencari TUHAN, tetapi secara keseluruhan kecenderungan hidupnya menuju ke bawah.

Jika seseorang berada di dalam hubungan setiap hari yang tetap bersama Kristus, maka Kristus-lah yang mengendalikan tujuan­-nya. Jika seseorang tidak berada dalam hubungan setiap hari yang tetap bersama Kristus, setan-lah yang mengendalikan tujuan­-nya.

Orang-orang sering bertanya, “Kalau begitu, siapakah yang mengendalikan pada bagian-bagian yang menurun, bahkan ketika secara keseluruhan tujuannya menuju ke atas?”


Jawabnya adalah setan yang mengendalikan, waktu demi waktu, kapan saja kita berpaling dari pada Kristus dan menarik ketergantungan kita dari pada kuasa-Nya. Tentu setan pasti mengendalikan setiap kali kita berdosa. Tetapi adalah mungkin bagi setan untuk mendapatkan kendali atas hidup kita untuk sesaat, ketika TUHAN masih mengendalikan tujuan kita. Dan apakah yang membuat perbedaan dalam pengendalian TUHAN terhadap tujuan kita? Kembali, itu adalah hubungan setiap hari yang tetap bersama-Nya.

Tujuan TUHAN bagi kita adalah menuntun kita secepat mungkin ke tempat dimana kita akan mengenal dan mempercayai Dia dengan cukup sehingga kita tidak akan pernah berpaling dari pada-Nya, bahkan untuk sesaatpun. Dan bila saat itu tiba, kehidupan kita akan kelihatan seperti ini:

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing