BERSAKSI
Thesis 77
Orang yang paling berbahagia adalah orang yang paling terlibat dalam melayani orang lain. Orang yang paling menyedihkan adalah orang yang paling terlibat dalam melayani diri sendiri.
Apakah engkau berbahagia? Kita biasa menyanyikan sebuah lagu ketika masih di kelas Taman Kanak-kanak, “I’m in-right, out-right, up-right, down-right, happy all the time!” Bagaimana dengan menjadi bahagia sepanjang waktu? Tidak terlalu banyak dari kita yang mendapatkannya, bukan? Bahkan Pollyanna menemukan sebuah saat ketika kegembiraan yang tiada hentinya berakhir!
Tetapi satu hal yang pasti: kebahagiaan apapun yang telah engkau temukan dalam hidupmu telah datang sebagai hasil dari melupakan dirimu sendiri dan menjangkau untuk menolong orang lain. Orang yang paling banyak melayani dirinya sendiri adalah orang yang paling menyedihkan.
“Hanya di dalam kehidupan pelayanan saja kebahagiaan sejati ditemukan. Dia yang menghidupkan sebuah kehidupan yang tidak berguna dan mementingkan diri adalah menyedihkan.”—In Heavenly Places, hal. 229. “Orang-orang yang bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan mereka sendiri adalah orang yang menyedihkan. Orang-orang yang melupakan diri dalam perhatian mereka terhadap orang lain telah memantulkan kembali kepada hati mereka terang dan berkat yang mereka bagikan kepada mereka (orang lain).”—Ibid., hal. 325.
Salah satu tujuan Allah bagi umat-Nya adalah bahwa mereka berbahagia. Kadang kala para penganut agama telah luput memandang fakta itu dan berpikir bahwa orang yang mengenakan pakaian gelap dan menunjukkan ekspresi serius adalah orang yang paling dekat kepada Allah. Tetapi bukan itu masalahnya. Sementara adalah benar bahwa dibutuhkan lebih banyak hal bagi kebahagiaan dari pada gemerlap dan omong kosong yang dilukiskan oleh orang-orang periklanan, adalah juga benar bahwa orang-orang Kristen adalah orang yang paling berbahagia di dunia ini.
Cerita ini berkisah tentang seorang “Kristen” yang tenang dan bermuram durja yang mencoba membagikan imannya. Dan temannya menjawab, “Saya tidak berpikir untuk menjadi orang Kristen. Bagiku kamu seperti seorang yang sakit kepala. Engkau tidak ingin menyingkirkannya dari kepalamu, tetapi bagimu menyakitkan untuk mempertahankannya!”
Pertimbangan manusia apa yang menyebabkan kita berpikir bahwa saat kita berada paling dekat dengan Allah adalah saat ketika kita harus menjadi paling serius? Pernahkah engkau melihat ke sekelilingmu selama jam perbaktian di gereja? Itu adalah acara yang dimaksudkan dan dirancang untuk perayaan karena dosa yang diampuni dan jaminan dari damai bersama Allah. Tetapi jangan coba-coba untuk tersenyum! Jika engkau melakukannya, engkau akan tersenyum sendiri!
Kadang kala saya telah mencoba untuk meyakinkan orang bahwa bukanlah sebuah dosa untuk tersenyum selama Perjamuan Kudus—tetapi saya tidak pernah benar-benar sukses. Ketika diakon membagikan roti dan anggur di sepanjang barisan bangku, suasana yang terasa lebih dekat kepada sebuah acara penguburan. Beberapa dari kita dicobai untuk tersenyum kepada wajah-wajah muram di sekeliling kita, tetapi dengan cepat kita mendapatkan kemenangan!
Acara kebaktian adalah pengalaman yang penuh dengan sukacita! Menyembah Allah adalah pengalaman yang penuh sukacita! Melayni TUHAN adalah pengalaman yang penuh sukacita! Orang-orang Kristen seharusnya menjadi orang-orang yang paling berbahagia di dunia ini—dan satu alasan utama yang benar adalah bahwa orang Kristen sejati selalu memikirkan orang lain, menjangkau orang lain, dan kehilangan pandangan pada diri sendiri.
Dan menjangkau orang lain secara pasti akan membawa berkat kepada orang yang melakukannya. “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” Markus 8:35. Memberi adalah mendapatkan. “Orang-orang yang melayani orang lain akan dilayani oleh Kepala Gembala. Mereka sendiri akan minum dari air hidup, dan akan dipuaskan. Mereka tidak akan merindukan hiburan-hiburan yang mengasyikkan, atau beberapa perubahan dalam hidup mereka. Topik yang paling menjadi perhatian utama mereka akan menjadi, bagaimana menyelamatkan jiwa-jiwa yang akan binasa.”—The Desire of Ages, hal. 641.
Apakah engkau berbahagia? Atau apakah engkau menyedihkan? Keterlibatanmu dalam memberkati orang lain membuat perbedaan.
95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing