Google

Saturday, May 14, 2005

Thesis 81 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 81

Pencobaan menjadi perbuatan dosa ketika kita mengizinkannya di dalam pikiran kita.

Seandainya engkau bangun pada pagi ini dan engkau memilih untuk mengunakan waktu untuk berdoa dan merenungkan kehidupan Kristus. Engkau mengundang Dia untuk mengendalikan hidupmu dan menerima karunia-karunia pertobatan dan pengampunan-Nya untuk hari yang baru itu. Engkau memaparkan rencanamu di kaki-Nya, mengundang Dia untuk menuntun jalan-jalanmu. Dan kemudian engkau melakukan tugas-tugasmu.

Tetapi sebelum petang, engkau menemukan bahwa engkau telah berbuat dosa. Engkau telah menyerah kepada salah satu pencobaan setan, dan ketika engkau melihat kembali apa yang telah terjadi, engkau menemukan dirimu bertanya, “Mengapa? Bagaimana? Kapan aku berbuat salah?”

Pikirkan sejenak, “anatomi” sebuah pencobaan.

Kita telah mempelajari fakta bahwa selama pandanganmu tetap tertuju kepada Kristus, dosa tidak memiliki kuasa atasmu. Ketika engkau memulai harimu bersama TUHAN, engkau menempatkan dirimu di bawah kendali-Nya. Selama engkau tetap dalam ketergantungan kepada-Nya, setan tidak memiliki kuasa untuk membuatmu berdosa. Kenyataannya, ketika engkau bergantung kepada Kristus, dosa akan menjadi kebencian bagimu. Karena itu setan tahu lebih baik dari pada membuang waktunya mencobaimu untuk melakukan perbuatan-perbuatan salah. Pertama-tama, bagaimanapun dia harus mengalihkan perhatianmu dari Yesus dan ketergantungan kepada-Nya. Thoughts from the Mountain of Blessings, hal. 92, berkata, “Menyerah kepada pencobaan dimulai dengan mengizinkan pikiran untuk goyah, menjadi tidak tetap dalam percayamu di dalam TUHAN.”

Kita telah mengetahui taktik setan untuk membuat pandangan kita berpaling dari Yesus. (Baca daftarnya di dalam Steps to Christ, hal. 71) Dia membuatmu menjadi tenggelam dalam kesenangan-kesenangan, kekhawatiran-kekhawatiran, kebingungan-kebingungan, kesedihan-kesedihan, dalam kesalahan-kesalahan orang lain, dalam kesalahan-kesalahanmu sendiri dan ketidaksempurnaanmu, atau dalam kegelisahanmu atas apakah engkau akan diselamatkan atau tidak. Ketika engkau berpaling dari Kristus dan mulai bergantung kepada dirimu sendiri, pertahananmu telah terpisah darimu dan kemudian setan dapat masuk dengan pencobaan-pencobaannya untuk melakukan hal-hal yang salah, yang tanpa dapat dielakkan akan engkau dapati begitu menggoda.

Perubahan perhatian dari Kristus kepada diri ini, perubahan dari tinggal dalam ketergantungan di dalam Allah kepada ketergantungan pada diri sendiri, sering kali terjadi tanpa terasa. Petunjuk pertamamu bahwa segala sesuatu telah berubah bisa muncul ketika engkau dihadapkan pada salah satu pencobaan-pencobaan musuh itu dan menemukan pencobaan itu menarik.

Edward Vick, dalam bukunya Let Me Assure You, memberikan lima langkah dalam pencobaan-pencobaan: pencobaan, pertimbangan, persetujuan, rencana, tindakan. Mari kita lihat setiap langkah.

1. Pencobaan: Setan memberikan umpannya untuk melakukan dosa. Dia tidak dapat memaksa kita; dia hanya dapat mengundang. Dicobai bukanlah dosa. Yesus juga dicobai.

2. Pertimbangan: TUHAN tidak memotong jalur pikiran kita. Kita tidak mendapatkan kemenangan terpisah dari kecerdasan kita. Bahkan Kristus-pun cukup lama mempertimbangkan pencobaan yang diberikan setan kepada-Nya sebelum dapat mengetahui masalah yang sedang terjadi. Mempertimbangkan apa yang sedang dipertaruhkan dan mengenali pencobaan bukanlah terlibat dalam dosa.

Jika engkau bergantung kepada Yesus pada waktu pencobaan, engkau akan berhenti di sini. Roh TUHAN akan meninggikan standar melawan musuh, dan engkau akan diberikan kemenangan. Namun jika engkau mengalihkan perhatianmu dari Yesus kepada dirimu dan bergantung pada kekuatanmu sendiri, engkau tidak punya pilihan selain harus melangkah ke langkah berikutnya, dimana pencobaan-pencobaan menjadi perbuatan dosa—titik persetujuan.

3. Persetujuan: Apakah persetujuan itu? Itu adalah jawaban yang berkata, “Hey! Kedengarannya hal itu menyenangkan!” Tidak perlu harus, “Ya, aku akan melakukannya!” Karena dosa dimulai sebelum tindakan dimulai. Yesus berkata dalam Matius 5 bahwa jika engkau marah, engkau bersalah karena membunuh, dan jika engkau bernafsu, engkau bersalah karena berzinah. Tidak perlu untuk melangkah lebih jauh dari pada langkah ke-3 untuk bersalah di hadapan Allah karena melakukan dosa. “Kelaziman dari hasrat berbuat dosa menunjukkan angan-angan jiwa.”—Thoughts From the Mount of Blessings, hal. 92.

4. Rencana: Tergantung dari sifat alamiah pencobaan itu, langkah ini bisa saja singkat atau cukup rumit. Kadang kala orang yang berkemauan kuat, yang dengan kegigihan dan ketekunan dapat bertahan agar tidak melangkah ke langkah ke-5, masih akan menghabiskan waktu di sini karena adalah hal yang menyenangkan untuk membuat rencana! Orang yang lemah akan berencana, dan kemudian menjalankan rencananya.

5. Tindakan: Akhirnya, rencana itu menjadi aksi, setidaknya bagi orang yang lemah. Tetapi perhatikan bahwa ini bukan langkah yang menentukan apakah seseorang telah berdosa atau tidak. Dosa dimulai pada langkah ke-3, ketika persetujuan diberikan.

Kabar baiknya adalah bahwa pada setiap titik di sepanjang lima langkah ini, engkau dapat mengetahui keadaan bahayamu dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan pertobatan dan pengampunan. Dia selalu mau menerima kita, tidak masalah kapanpun kita datang kepada-Nya. Selama kita tetap mencari sebuah hubungan dan persekutuan bersama-Nya setiap hari, Dia akan membawa kita ke titik dimana kita akan bergantung kepada-Nya setiap saat, tidak hanya sementara. Ketika saat itu tiba, musuh itu akan membawa pencobaan-pencobaannya kepada kita dalam kesia-siaan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing