Google

Friday, May 13, 2005

Thesis 82 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 82

Yesus dicobai untuk melakukan yang benar, tetapi dalam kuasa diri-Nya sendiri, dan begitu juga kita.

Pernahkah engkau dicobai untuk mengubah batu menjadi roti? Saya telah bergumul dengan banyak pencobaan, tetapi tidak pernah yang seperti ini! Mengapa? Karena setan tahu saya akan membuang-buang waktunya. Saya tidak dapat melakukannya bahkan walau saya menginginkannya.

Adakah yang salah dengan mengubah batu menjadi roti? Adakah yang salah dengan menjadi lapar ketika engkau tidak makan selama enam minggu? Yesus, yang kemudian dalam pelayanan-Nya, di bawah tuntunan Bapa-Nya, melipatgandakan roti dan ikan dengan kekuatan supranatural dan memberi makan orang-orang yang hanya belum makan sejak sarapan pagi! Setan tidak mencobai Kristus untuk mengubah batu menjadi biskuit coklat atau es krim. Dia mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti—dan itu kedengarannya sebuah hal yang cukup baik untuk dilakukan ketika engkau tidak makan selama empat puluh hari, siang dan malam.

Semua pencobaan yang setan munculkan untuk mengalihkan Yesus dari misi-Nya mempunyai satu sebutan yang sama. Setiap pencobaan dirancang untuk membuat Yesus berhenti bergantung kepada kuasa Bapa-Nya dan menggunakan kuasa yang Dia bawa sejak lahir.

Dosa menjijikkan bagi Yesus. Ibrani 1:8,9 mengatakannya dalam begitu banyak kata-kata, Dia “mencintai keadilan dan membenci kefasikan.” Maka setan tidak akan mampu untuk menarik Dia dengan pencobaan untuk melakukan hal-hal yang salah. Kemungkinan yang dimilikinya hanyalah mencoba untuk membuat-Nya melakukan apa yang benar—namun dalam kuasa diri-Nya sendiri.

Kita akan melihat pada sifat alamiah Kristus lebih rinci dalam thesis 90 sampai 94. Namun untuk mengerti pelajaran tentang pencobaan, sedikitnya kita membutuhkan ini: Yesus tidak dicobai untuk melakukan hal-hal yang salah. Dia dicobai untuk melakukan hal-hal yang benar, namun melakukannya dalam kuasa diri-Nya sendiri—dan kita dicobai dengan hal yang sama.

Wahyu 3:14-22 mencatat pekabaran bagi jemaat Laodikea. Laodikea tidak kurang dalam perbuatan, tetapi sebuah hubungan bersama Yesus telah hilang. Yesus digambarkan berdiri di luar, mengetuk agar diizinkan masuk. Jemaat Laodikea perlu bertobat karena dosanya (tunggal)—bukan dosa-dosanya (jamak). Dia telah menghidupkan kehidupan tanpa cela terpisah dari Kristus. Dia telah melupakan bahwa “bagi Allah penampilan luar ditimbang tidak ada beratnya. Penampilan luar agama, tanpa kasih Allah di dalam jiwa, sama sekali tidak berharga.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 958. Jemaat Laodikea dipenuhi oleh orang-orang kuat yang tidak merasakan kebutuhan akan seorang Juruselamat.

Tetapi ada kabar baik bagi Laodikea, dalam ayat 21—sebuah janji kepada orang yang menang. Dan cara untuk menang? Kita dapat menang dalam cara yang sama Kristus telah menang. Sebagaimana Kristus bergantung kepada kuasa yang di atas-Nya, dari pada kuasa yang berasal dari dalam-Nya, begitu juga kita.

Setan akan mencoba mengalahkan kita dalam cara yang sama dia mencoba untuk mengalahkan Kristus. Dan, sebagaimana yang kita sadari secara menyakitkan, dia sering berhasil dalam mengalihkan perhatian kita dari Juruselamat. Dia tidak datang kepada kita dan meminta jika kita mau tertarik untuk melakukan dosa yang mengerikan. Dia hanya mencoba untuk mengisi hari-hari dan jam-jam kita dengan banyak hal, hal-hal yang baik itu sendiri, yang mengalihkan perhatian kita dari Yesus. Dia berusaha membuat kita terlalu sibuk untuk meluangkan waktu dalam persekutuan dan hubungan bersama Kristus. Dia bahkan tidak peduli jika kita sibuk bekerja demi gereja, selama kita terlalu sibuk untuk Yesus Kristus. Itulah dasarnya. Dia tidak khawatir tentang hal-hal “baik” yang kita kerjakan, selama kita mengerjakannya dalam kekuatan diri kita sendiri.

Tetapi kita telah diamarkan tentang bahaya tersebut. Yesus bukan hanya datang untuk mati bagi kita, Dia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana caranya hidup. Dia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana melawan pencobaan musuh itu untuk menarik kita menjauh dari hubungan kita bersama Allah dan bergantung kepada diri kita sendiri. Ketika kita mengerti masalah-masalah yang terlibat dalam dosa dan pencobaan, kita akan mengetahui dimana kekuatan kita terletak. Di saat kita menolak untuk memisahkan diri kita dari ketergantungan kepada Kristus, bahkan untuk alasan-alasan yang “baik”, kita akan menjadi pemenang-pemenang melalui kuasa Allah.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing