Google

Wednesday, May 11, 2005

Thesis 84 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 84

Pencobaan tidak dikalahkan pada saat pencobaan, tetapi selalu sebelumnya.

Suatu hari saya mendengar seorang pengkhotbah di mimbar memberikan beberapa contoh tentang bagaimana menurutnya kita harus mengalahkan pencobaan. “Misalkan engkau mempunyai masalah dengan alkohol,” katanya. “Engkau pergi ke toko minuman keras dan membeli sebotol anggur. Engkau kembali ke mobilmu, buka tutup botol itu, dan dekatkan ke bibirmu. Tiba-tiba, engkau menyadari bahwa engkau sedang dicobai!”

Ya, saya kira juga demikian!

Namun dia melanjutkan. “Misalkan engkau mempunyai masalah dengan obat-obatan terlarang, dan engkau menghubungi pengedarnya dan membeli paket obat yang paling kuat. Engkau kembali ke apartemenmu, mengeluarkan alat suntikmu, memanaskan campurannya, dan ketika engkau sedang bersiap-siap untuk menusukkan jarum ke lenganmu, engkau menyadari bahwa engkau sedang dicobai. Apa yang engkau lakukan?”

Mungkin masalah-masalah terbesar kita dengan pencobaan adalah kita menunggu hingga waktu yang yang digambarkan pengkhotbah ini muncul dan kemudian berusaha untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Namun itu sudah terlambat! Jika dosa dimulai dari pikiran, dalam membiarkan kepercayaan dan ketergantungan kita kepada Kristus terputus, kemudian pencobaan dihadirkan dan kita menyerah jauh sebelumnya. Jika dosa bukanlah sekedar perbuatan-perbuatan salah, tetapi pikiran-pikiran dan rencana-rencana dan keinginan-keinginan yang salah juga (sebagaimana yang telah kita ketahui pada beberapa thesis sebelumnya), maka pencobaan-pencobaan telah berhasil bahkan sebelum perjalanan menuju ke toko minuman keras atau ke pengedar narkoba. Pencobaan telah menjadi dosa pada titik persetujuan di dalam pikiran. Perencanaan dan tindakan yang mengikuti dosa, hanyalah sekedar hasil yang tidak dapat dielakkan dari dosa yang telah terjadi.

Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 60, mengatakan kepada kita: “Masa pencobaan, yang mana, bisa saja, membuat seseorang jatuh ke dalam dosa yang menyedihkan, tidak menciptakan kejahatan yang dinyatakannya, tetapi hanya mengembangkan atau menunjukkan apa yang tersembunyi dan terpendam di dalam hati. Ketika seorang manusia ‘membuat perhitungan di dalam dirinya sendiri, demikianlah dia;’ karena apa yang keluar dari hati ‘adalah pancaran kehidupan.’ Amsal 23:7; 4:23.”

Jika engkau menemukan dirimu jatuh dalam ujian kalkulus, masalah yang sebenarnya terjadi ketika engkau gagal mempelajari daftar perkalian atau lalai mengerjakan tugas harianmu. Jika engkau menemukan tanpa terduga adanya penarikan check lebih dari pada uang yang ada di dalam rekeningmu pada sebuah bank, masalah yang sebenarnya terjadi ketika engkau tidak menuliskan check yang engkau kirimkan dengan benar atau tidak menambahkan atau mengurangi dengan benar. Jika engkau menemukan dirimu tenggelam di dasar kolam renang, masalah yang sebenarnya adalah bahwa engkau belum belajar bagaimana caranya tetap mengapung di dasar yang dangkal dulu.

Orang-orang kuat telah menggunakan berbagai jenis teknik untuk mencoba mengalahkan dosa pada saat pencobaan. Orang-orang lemah mencoba teknik yang sama dan menemukan bahwa mereka mendapatkan hasil yang tidak berbeda. Masalahnya bukanlah menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan atau doa untuk didoakan atau lagu untuk dinyanyikan pada saat pencobaan. Masalahnya adalah menemukan Sumber kuasa, sehingga ketika pencobaan datang, Roh TUHAN meninggikan sebuah standar di pihakmu untuk melawan sang musuh.

Setiap cara yang mencoba untuk memaksakan tingkah laku yang benar pada saat pencobaan akan memusatkan perhatianmu pada dirimu sendiri, dan itu adalah jalan buntu. Satu-satunya jalan setiap orang dapat mengalahkan dosa dan setan adalah dengan memandang kepada Yesus—bukan diri. Bahkan orang-orang yang kuat telah menemukan bahwa ketika mereka terpisah dari Kristus, yang bisa mereka harap untuk kendalikan hanyalah tindakan luar semata. Mereka tidak bisa mengubah hasrat hati mereka.

Ketika Yesus datang kepada murid-murid-Nya di Taman dan menemukan mereka tertidur, Dia berkata kepada mereka, “Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Lukas 22:46. Apakah mereka sedang dicobai pada saat itu? Yah, mereka dicobai untuk tertidur. Tetapi hal itu telah menempatkan mereka pada kekalahan ketika pencobaan-pencobaan datang, adalah fakta bahwa mereka menyerah kepada pencobaan untuk melalaikan kuasa dari surga. Dan karena kelalaian mereka, ketika krisis datang, mereka semua meninggalkan Dia dan lari.

Ibrani 4:6 mengatakan kepada kita untuk “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menemukan rahmat dan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya.” Terlalu sering kita telah membaca dari pada kita datang dengan berani menghampiri takhta kasih karunia pada waktunya. Adalah benar bahwa Yesus selalu menerima kita kapanpun kita kembali kepada-Nya, namun hanya dengan mencari rahmat-Nya pada takhta kasih karunia sekarang kita akan memiliki kasih karunia untuk pertolongan ketika masa kesukaran itu tiba. Dia selalu menawarkan pengampunan dari dosa—tetapi jika kita dilepaskan dari dosa, itu adalah karena kita telah datang kepada-Nya untuk mendapatkan kuasa-Nya sebelum masa pencobaan tiba. Kita mendapatkan kemenangan oleh belajar untuk tinggal di dalam Dia setiap hari, dan setiap saat.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing