Google

Tuesday, May 03, 2005

Thesis 93 - YESUS

YESUS

Thesis 93

Yesus memandang dosa menjijikkan. Selama kita bergantung kepada Allah, kita juga memandang dosa menjijikkan.

Karena Yesus menjalani seluruh kehidupan di bumi-Nya dalam ketergantungan kepada Bapa-Nya, karena Dia tidak pernah menyerah kepada pencobaan untuk memisahkan diri-Nya dari Bapa-Nya, walau untuk sesaat, setan tidak pernah mampu mencobainya untuk melakukan dosa-dosa, jamak. Dia memandang bahwa dosa menjijikkan.

Bukti diberikan, berkali-kali lagi, dalam tulisan-tulisan yang diinspirasikan. Ibrani 1:9 berkata tentang Kristus: “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan.” The Desire of Ages, hal. 111: “Setiap dosa, setiap ketidaksesuaian, setiap hawa nafsu kecemaran yang telah dibawa oleh pelanggaran, menyiksa Roh-Nya.” Selected Messages, jilid 1, hal. 322: “Membenci dosa dengan kebencian yang sempurna, namun Dia (Yesus) mengumpulkan dosa seluruh dunia ini kepada jiwa-Nya.” Komentar-komentar Ellen G. White—S.D.A. Bible Commentary, vol. 5, hal 1142: “Tabiat-Nya menyatakan sebuah kebencian yang sempurna akan dosa.” Volume 7, hal. 904: “Kristus selalu memelihara kebencian yang sepenuhnya terhadap dosa.” Volume 7, hal. 927: “Akankah kita dapat memahami arti kata-kata, Kristus ‘menderita karena dicobai.’ Sementara Dia bebas dari noda dosa, perasaan-Nya yang halus dari sifat-Nya yang mulia dibawa berhubungan dengan kejahatan menyakitkan secara tidak terkatakan bagi-Nya.” The Desire of Ages, hal. 700: Yesus “menderita dalam perbandingan kesempurnaan kemuliaan-Nya dan kebencian-Nya akan dosa… Dikelilingi oleh manusia di bawah pengendalian Setan memuakkan bagi-Nya.”

Kadang kala orang mau mencoba untuk membuktikan bahwa Kristus dicobai oleh setan dalam cara yang sama manusia berdosa dicobai ketika dia hidup terpisah dari Kristus. Mereka mengatakan bahwa dosa dan pencobaan yang dibawa setan kepada Kristus di dunia ini menarik bagi-Nya, namun Dia menggertakkan gigi-Nya, menegakkan badan-Nya, dan menolak untuk bertindak melakukan apa yang didesakkan hasrat alamiah-Nya untuk dilakukan. Tidak ada kebenaran dalam hal ini.

Teori lain adalah bahwa Kristus tertarik oleh hal-hal yang jahat, bahwa Dia mengalami hawa nafsu dan ketamakan dan kemarahan, namun itu karena kasih-Nya kepada Bapa-Nya, Dia menolak untuk melakukan apa yang Dia akan suka lakukan. Tulisan-tulisan yang diinspirasikan tidak mendukung pandangan ini juga. Memang benar bahwa kasih-Nya kepada Bapa-Nya kuat, kebencian-Nya akan dosa juga kuat. Dia memandang dosa itu menjijikkan, tidak menarik.

Saat kita mempelajari kehidupan dan sifat alamiah Kristus, kabar baiknya adalah bahwa pandangan-Nya akan dosa dan kesalahan juga tersedia bagi kita. Kita tidak perlu menghidupkan kehidupan Kristen kita dengan berharap kita dapat bergabung dengan dunia di dalam dosa-dosanya, namun menggertakkan gigi kita dan memaksa diri kita untuk tidak melakukan hal itu. Kita tidak perlu mencoba berusaha untuk mengasihi Allah sehingga kita mau menyangkal naluri alamiah kita untuk membuat-Nya bahagia. Kita dapat mengalami jenis kemenangan yang sama dengan yang Yesus alami—menang bukan hanya atas tindakan-tindakan dosa, tetapi atas hasrat-hasrat dosa juga. Sebuah kemenangan yang mencakup lebih dari tingkah laku, menuju hasrat dan selera hati. Kita dapat memandang dosa sama menjijikkannya seperti yang Yesus rasakan.

Kembali bukti dari tulisan-tulisan yang diinspirasikan. Message to Young People, hal. 338: “Ketika kita dipakaikan kebenaran Kristus, kita tidak akan memiliki kesukaan terhadap dosa… Kita mungkin melakukan kesalahan-kesalahan, namun kita akan membenci dosa yang menyebabkan penderitaan Anak Allah itu.” The Great Controversy, hal. 649, 650: “Oleh pengalaman menyakitkan mereka sendiri mereka mempelajari akan jahatnya dosa, kuasanya, rasa bersalahnya, kutukannya; dan mereka melihat padanya dengan kejijikan.” The Great Controversy, hal. 508: “Dalam hati yang diperbaharui ada kebencian akan dosa.” Testimonies, vol. 2, hal. 294, berkata tentang orang yang diubahkan: “Kehidupannya yang sebelumnya tampak memuakkan dan membangkitkan rasa benci. Dia membenci dosa.” Dan The Desire of Ages, hal. 668: “Ketika kita mengenal Allah seperti itu adalah kehormatan bagi kita untuk mengenal Dia, kehidupan kita akan menjadi kehidupan dari penurutan yang terus-menerus. Melalui sebuah penghargaan atas tabiat Kristus, melalui persekutuan bersama Allah, dosa akan menjadi kebencian bagi kita.”

Apakah engkau menyukai dosa, atau apakah engkau menemukannya memuakkan dan membangkitkan kebencian? Perbedaan muncul dari apakah engkau mengenal Allah seperti itu adalah kehormatan bagimu untuk mengenal Dia atau tidak. Engkau tidak membenci dosa dengan berusaha keras untuk membenci dosa. Engkau belajar membenci dosa dengan menempatkan usaha yang diperlukan untuk mengenal Allah dan bersekutu bersama-Nya hari demi hari. Tidak masalah dari mana engkau mulai dalam mempelajari tentang keselamatan oleh iman di dalam Yesus Kristus, engkau selalu berakhir di tempat yang sama. Apakah engkau mengenal Dia? Pengenalan akan Dia adalah dasar dari semua hal yang mengikutinya. Pengenalan akan Dia adalah hidup kekal.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing