Google

Monday, May 02, 2005

Thesis 94 - YESUS

YESUS

Thesis 94

Kita tidak pernah bisa sebagaimana Yesus pernah ada, tetapi kita bisa melakukan sebagaimana yang Yesus telah lakukan.

Ingatkah menyanyikan lagu “I would Be Like Jesus”?

Be like Jesus, this my song (Seperti Yesus, inilah laguku).
In the home and in the throng (Di rumah dan di tengah keramaian).
Be like Jesus all day long! (Seperti Yesus sepanjang hari!)
I would be like Jesus (Aku mau seperti Yesus).

Apakah mungkin untuk menjadi seperti Yesus? Atau apakah lagu tersebut sebuah kesalahan? Apakah mungkin menjadi seperti Yesus dalam beberapa cara dan tidak dalam cara lain?

Untuk memulai, kita tahu bahwa ada satu cara dalam mana kita tidak akan pernah bisa seperti Yesus—karena Dia adalah Allah dan kita tidak. Dia adalah Pencipta kita, dan kita hanyalah ciptaan. Kita dapat menjadi pengambilbagian dari sifat keilahian-Nya melalui kehadiran-Nya dalam hidup kita. Tetapi kita tidak akan pernah menjadi lebih dari pada manusia. Jadi dalam pengertian itu kita tidak dapat menjadi seperti Yesus.

Penjelmaan Yesus telah, dan akan selalu tetap sebuah misteri. Itu dinyatakan, bagi kita dan bagi anak-anak kita, namun biarlah setiap manusia diamarkan dari wilayah yang menyamakan Kristus dengan manusia lain, seperti diri kita; karena itu tidak bisa.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 5, hal. 1129.

Tetapi walaupun ketika kita membatasi perbandingan kita kepada aspek sifat manusia Yesus, kita masih menemukan bahwa kita tidak akan pernah benar-benar seperti Dia. Dia lahir sebagai “yang disebut kudus”, tanpa dosa dalam sifat alamiah sejak lahir, sebagai mana yang kita telah ketahui dalam Thesis 90. Kita dilahirkan terpisah dari Allah, berdosa dalam sifat alamiah sejak lahir. Selama kita hidup di dunia ini, kita akan memiliki perbedaan itu dalam setiap sifat alamiah kita. Lihat Christ Object Lessons, hal. 160.

Cara lain dalam mana kita tidak akan pernah bisa menjadi seperti Yesus adalah dosa-dosa masa lalu kita. Kita memiliki sebuah catatan masa lalu yang buruk. Melalui kekekalan kita akan selalu menemukan diri kita dalam kebutuhan akan kasih karunia pembenaran dan pengampunan Kristus untuk menutupi dosa-dosa masa lalu kita. Karena Yesus tidak pernah berdosa, Dia tidak pernah mempunyai dosa-dosa masa lalu.

Namun, masih mungkin bagi kita untuk menjadi seperti Yesus! Kita dapat hidup sebagai mana Yesus hidup dan bekerja sebagaimana Dia bekeja. Kita dapat memiliki kemenangan atas pencobaan-pencobaan dalam cara yang sama Dia telah menang, melalui ketergantungan kepada kuasa dari atas, dari pada kuasa dari dalam. Kita dapat hidup dalam hubungan kepada Allah sebagai mana Dia hidup dan kemudian menemukan bahwa perbedaan-perbedaan di antara kita tidak menjadi perbedaan!

Yesus hidup sebagai manusia. Melalui seluruh kehidupan-Nya di bumi ini, Dia tidak pernah menggunakan kuasa keilahian-Nya hingga pada pagi Kebangkitan.

Semua mukjizat yang Yesus buat—membangkitkan orang mati, menyembuhkan penyakit, memulihkan penderita kusta, mengusir setan, berjalan di atas air, membaca pikiran orang—semua juga dilakukan oleh para pengikut-Nya. Pekerjaan yang Yesus lakukan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Bapa-Nya. Yesus mengatakannya dalam Yohanes 14:10, “Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”

Sekitar sebelas kali buku The Desire of Ages menyebutkan bahwa “keilahian terpancar melalui kemanusiaan”. Pertama kali adalah pada saat pembersihan kaabah yang pertama, ketika untuk sesaat selubung kemanusiaan kelihatannya tersingkap sedikit, dan umat manusia sekilas melihat keilahian di dalamnya. Namun walaupun di sana, kata-kata itu penting. Dikatakan bahwa keilahian terpancar melalui—bukan dari. Walaupun demikian, Bapalah yang mengendalikan, dan itu adalah keilahian Bapa yang dinyatakan melalui Anak-Nya.

Tetapi yang lebih penting bahwa mukjizat yang Yesus lakukan adalah kemenangan yang diberikan kepada-Nya dalam peperangan-Nya melawan musuh. Melalui persekutuan bersama Bapa-Nya, melalui ketergantungan pada Bapa-Nya, Dia mendapatkan kemenangan. Dan kemenangan-Nya dapat menjadi milik kita. Sebagaimana pekerjaan Bapa dinyatakan dalam kehidupan Yesus, demikianlah Dia bekerja di dalam kita, “baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Filipi 2:13.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing