Google

Thursday, June 30, 2005

Thesis 34 - PENGAMPUNAN

PENGAMPUNAN

Thesis 34

Orang yang lebih banyak diampuni akan mengasihi lebih banyak. Orang yang lebih mengasihi akan lebih menurut.

Apakah engkau menyukai Petrus? Sepertinya namanya menjadi lobih populer dibanding murid-murid yang lain. Sering kali orang sulit mengenalinya. Dia merebut kesempatan. Dia berani menanyakan pertanyaan yang salah. Dia berani mengambil resiko memberikan jawaban yang salah.

Petrus adalah orang yang datang kepada Yesus dengan pertanyaan klasik tentang pengampunan, dicatat dalam Matius 18:21. “TUHAN, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Dia sering kali menanyakan pertanyaan retorikal; dia merasa sangat yakin dengan kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnya. Tujuh kali kelihatan sudah cukup banyak bagi Petrus. Orang-orang Farisi berhenti hanya pada tiga kali. Petrus mau menggandakan batasan mereka dan bahkan melangkah satu langkah lebih jauh, tiba pada “angka sempurna”. Bagus, Petrus!

Tunggu dulu, sebelum engkau menghakimi Petrus. Tentu, engkau telah mengetahui jawaban Yesus. “Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Ayat 22. Tetapi singkirkan dulu itu sebentar dan ingat kapan terakhir kali tetanggamu, teman atau anggota keluargamu melakukan sesuatu yang membuatmu perlu mengampuni mereka. Dan engkau mengampuni mereka. Tetapi mereka melakukannya lagi. Maka engkau mengampuni mereka lagi. Sampai tujuh kali. Tidakkah engkau hampir kehabisan pengampunan terhadap mereka saat itu? Namun, 490 kali adalah jumlah yang sangat banyak!

Keluarga kami tinggal selama tujuh tahun di sebuah sekolah Pacific Union College di California Utara. Sekolah itu terletak di pegunungan, seperti yang dikatakan penduduk setempat, “delapan mil dari dosa yang terdekat.” Tempat itu adalah sebuah perkampungan orang-orang Advent. Dan dilingkungan yang demikian, pendeta sering kali disebut sebagai kepala polisi, hakim, dan sekaligus juri.

Pada suatu hari Minggu telepon berdering. Salah seorang anggota jemaat ingin agar saya menangani masalah dengan tetangganya. Kuda tetangganya telah berlari melalui kebun bunganya. Dan dia merasa bahwa saya adalah orang yang paling tepat menangani masalah ini.

Jawaban yang harus saya berikan kepada pelapor ini terdapat dalam Lukas 17:3,4. “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau dia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” (Bahkan Petrus mungkin akan menganggap itu terlalu banyak jika “tujuh kali” itu terjadi hanya dalam satu hari!) Bagaimana jika saya berkata kepada orang yang melapor itu, “Apa yang engkau perlu lakukan adalah mengampuni. Dan jika kuda tetanggamu berlari melalui kebun bunganmu enam kali lagi hari ini, ampunilah enam kali lagi. Alkitab berkata, bahwa kuda itu masih dapat datang 489 kali lagi! Itu adalah jumlah waktu yang sangat banyak sehingga mungkin tidak ada lagi bunga yang tersisa di kebun untuk diinjak kuda itu!”

Yesus merekomendasikan pengampunan tanpa batas. Dan Dia tidak meminta kita untuk lebih pengampun dari pada Allah, sehingga kita tahu bahwa pengampunan Allah juga tanpa batas, selama kita mau tetap datang kepada-Nya dan meminta pengampunan dan menerima karunia pengampunan-Nya.

Tetapi kadang kala orang sering kali merasa takut disini. Mereka bertanya, “Bukankah itu akan menjadi semacam memberikan izin?” Jika pemilik kuda itu diampuni 490 kali, atau bahkan 7 kali dalam sehari, tidakkah mereka akan mulai berpikir bahwa kuda mereka berhak berlari melalui kebun bunga itu? Tidakkah ajaran pengampunan tanpa batas akan menuntun kita menganggap remeh kasih karunia Allah?

Yesus menjawab pertanyaan itu dalam perumpamaan-Nya kepada Simon tentang dua orang yang berhutang. Baca Lukas 7. Dia menceritakan kepada Simon, Maria dan murid-murid lainnya, orang yang diampuni lebih banyak, akan mengasihi lebih banyak. Semakin banyak engkau diampuni, maka akan semakin besar kasihmu.

Sekarang kita perlu menambahkan hanya satu ayat lagi, Yohanes 14:15. “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Disinilah kita mengerti. Pengampunan Allah adalah tak terbatas. Tetapi ini tidak menuntun kita kepada izin untuk berdosa, karena orang yang diampuni lebih banyak akan lebih mengasihi. Dan bila engkau lebih mengasihi, maka engkau akan lebih menurut. Sesederhana itu.

“Yesus tahu keadaan setiap jiwa. Engkau mungkin berkata, “Aku orang berdosa, sangat berdosa.” Engkau mungkin memang demikian; tetapi semakin jahat engkau, semakin besar kebutuhanmu akan Yesus. Dia menghapuskan air mata dan menyembuhkan hati yang hancur. Dia tidak mengatakan kepada siapapun semua yang dapat Ia nyatakan, tetapi Dia menawarkan kekuatan kepada setiap jiwa yang terguncang. Dengan cuma-cuma Dia mengampuni semua yang datang kepada-Nya untuk mendapatkan pengampunan dan pemulihan.”—The Desire of Ages, hal. 568.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing