Google

Monday, June 27, 2005

Thesis 37 - SALIB

SALIB

Thesis 37

Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci.

Engkau menjadi hakim. Di tengah-tengah Perang Dunia II. Hitler ditangkap dan dibawa ke ruang pengadilanmu. Bukti-bukti yang memberatkannya datang, kengerian demi kengerian. Engkau mendengar tentang kamar gas. Engkau mendengar tentang orang-orang dipaksa untuk menggali kuburan mereka dan kemudian mereka ditembak di lubang tersebut. Engkau mendengar tentang anak-anak yang kelaparan, menjerit-jerit ketika dirampas dari tangan orang tua mereka, yang hanya dapat melihat mereka dipotong-potong oleh prajurit-prajurit Jerman. Engkau melihat foto-foto luka yang menganga, mayat-mayat yang membengkak, mata-mata yang dicungkil. Engkau adalah sang hakim. Apa hukuman yang akan engkau jatuhkan?

Tunggu dulu! Pastikan engkau melakukan hal-hal yang baik! Apakah engkau ingin mendapat reputasi sebagai seorang hakim yang kasar, pemarah? Jika engkau memutuskan bahwa Hitler perlu dihukum, tidakkah itu menyeretmu menjadi setara dengannya?

Sebuah konsep yang cukup banyak dibicarakan pada masa sekarang ini—bahwa TUHAN adalah TUHAN yang pengasih dan oleh karena itu tidak akan menyakiti siapapun. Pemikiran bahwa kematian Yesus diperlukan dicela sebagai kafir. Konsep itu berkata, “TUHAN bukanlah seorang TUHAN yang pemarah, yang perlu ditenangkan. Dia bukanlah TUHAN penghakiman. Apa yang muncul sebagai penghakiman dari surga hanyalah hasil dari pilihan-pilihan kita yang buruk. Bukanlah hal yang menyenangkan bagi TUHAN untuk membawa kehancuran dan kematian.”

Mungkin Hitler adalah contoh yang ekstrim. Mari mencoba satu contoh dari Perjanjian Lama. Anak-anak Israel sedang mengadakan pesta. Mereka mengambil keuntungan dari fakta bahwa Musa sedang tidak ada dan Harun yang bertugas menjadi pemimpin. Dengan bantuannya, mereka membangun sebuah anak lembu emas, dan tepat pada puncak perayaan itu, Musa kembali tanpa diduga. Apakah engkau mengingat hasilnya? Orang-orang yang bertobat dipaksa meminum air abu berhala mereka, dan orang-orang yang tidak bertobat dibunuh. Kedengarannya sangat kasar. Apakah TUHAN melakukan hal-hal yang baik pada situasi ini?

“Adalah karena kemurahan TUHAN sehingga ribuan orang harus menderita, untuk mencegah dijatuhkannya penghakiman ke atas berjuta-juta orang. Untuk menyelamatkan lebih banyak, Dia harus menghukum beberapa. Lebih jauh lagi, ketika orang-orang menolak kesetiaan kepada Allah, mereka telah kehilangan perlindungan surga, dan, menghilangkan pertahanan mereka, seluruh bangsa itu menjadi terbuka bagi kekuatan musuh-musuh mereka. Ketika kejahatan tidak secepatnya disingkirkan, mereka akan segera menjadi mangsa musuh-musuh mereka yang banyak dan kuat. Hal itu diperlukan bagi kebaikan bangsa Israel, dan juga sebagai pelajaran bagi seluruh generasi berikutnya, bahwa kejahatan harus segera dihukum. Dan kemurahan bagi orang-orang berdosa tidaklah kurang ketika mereka dibinasakan dalam jalan mereka yang jahat. Apa bila hidup mereka dibiarkan, roh yang sama yang telah memimpin mereka memberontak melawan Allah akan menyatakan kebencian dan percekcokan di antara mereka sendiri, dan mereka pada akhirnya akan saling memusnahkan satu dengan yang lain. Adalah di dalam kasih kepada dunia, di dalam kasih kepada bangsa Israel, dan bahkan kepada para pelanggar, maka kejahatan dihukum dengan cepat dan keras.”—Patriachs and Prophets, hal. 325, 326.

Dosa tidak pernah tanpa akibat. Dosa membawa maut, dan tidak mungkin sekedar membatalkan konsekwensi-konsekwensinya. Dalam satu cara hanya keadilan yang berurusan dengan kenyataan dosa, dan jika ada jalan lain adalah dengan memikul hukumannya. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.” 1 Korintus 15:3. Itu adalah pernyataan sederhana kebenaran Alkitab tentang permasalahan ini. Yesaya 53:5 berkata, “Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita.” Keadilan sama adanya dengan kemurahan. Jika anak laki-lakimu memukuli anak perempuanmu, engkau tidak mengasihi baik anak laki-lakimu ataupun anak perempuanmu kecuali engkau melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Kematian Kristus adalah untuk kepentingan orang-orang yang mau menerima pengorbanan-Nya, dan penghukuman terakhir bagi orang-orang yang tidak mau menerima di lautan api, adalah hal yang terbaik yang dapat dilakukan Hakim semesta alam untuk menghadapi kedahsyatan dosa. Kematian Kristus dan hukuman akhir bagi orang-orang jahat menyatakan kasih-Nya sebesar kemurahan-Nya bagi orang-orang berdosa yang bertobat. Kasih sejati harus menggabungkan keadilan dan kemurahan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing