Google

Saturday, June 25, 2005

Thesis 39 - SALIB

SALIB

Thesis 39

Kematian Kristus perlu demi pengampunan kita.

Misalkan engkau memutuskan bahwa engkau ingin menyatakan kasih Allah kepada penduduk Chicago. Maka engkau menuju pusat kota Chicago dan mulai berjalan di jalanannya, menolong orang-orang yang kesulitan, menyediakan waktu untuk mendengarkan orang-orang yang kesepian, dan melakukan segala sesuatu yang dapat engkau lakukan untuk membagikan kasih Allah dengan orang-orang yang engkau temui.

Tetapi Chicago adalah tempat yang berbahaya, terutama pada saat malam. Dan berjalan-jalan di jalanan lewat tengah malam, engkau mengambil resiko yang tidak terelakkan. Engkau tetap menjalankan rencanamu untuk beberapa saat dan mampu menjadi sebuah berkat bagi sejumlah orang. Tetapi pada satu malam engkau melewati sebuah lorong yang gelap dimana beberapa penjahat nekad menunggu, dan engkau pun kehilangan nyawamu.

Orang-orang yang mengenalmu di Chicago mengetahui apa yang telah menimpamu. Mereka menceritakan kepada orang lain bagaimana engkau mati untuk menunjukkan kasih Allah. Dan begitulah kematianmu menjadi berarti karena engkau mau menjangkau penduduk Chicago dengan kasih Allah.

Apakah engkau berpikir ini sebuah persamaan yang baik dengan kematian Kristus di salib? Apakah kematian-Nya perlu demi pengampunan kita? Atau apakah kematian Kristus tidak begitu penting? Apakah Dia datang ke dunia ini semata-mata untuk menyatakan kasih TUHAN, tetapi mati hanya karena bumi ini adalah tempat yang berbahaya? Atau apakah kematian-Nya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari rencana untuk menyelamatkan manusia?

Ada sebuah “teori pengaruh moral” penebusan yang mendesak bahwa kematian Kristus bukanlah hal yang penting. Teori itu menegaskan bahwa manusia dapat diampuni tanpa kematian-Nya. Salah satu kesalahan yang ingin dilawan oleh teori ini adalah pemikiran tentang seorang TUHAN yang marah yang membutuhkan sebuah “korban” untuk menenangkan murka-Nya. Dan memang benar bahwa tujuan kematian Kristus bukanlah untuk memuaskan dendam TUHAN. TUHAN ada di dalam Kristus, mendamaikan dunia dengan diri-Nya. Tetapi apakah kematian Kristus penting untuk alasan lain?

Ada pengertian ini di dalam buku The Great Controversy, halaman 73: “Yesus mati sebagai korban bagi manusia karena mahluk yang jatuh itu tidak dapat melakukan apapun untuk melayakkan mereka kepada Allah. Jasa-jasa Juruselamat yang disalib dan telah bangkit adalah dasar dari iman Kekristenan.”

Para imam dan penguasa berkumpul di sekeliling salib pada hari penyaliban. Mereka tidak mau menerima seorang Kristus yang disalib. Mereka berkata, “Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” Matius 27:42. Apakah mungkin untuk menggemakan pemikiran yang sama pada saat ini? Apakah mungkin untuk menginginkan Kristus turun dari salib, agar dapat percaya?

Adalah pukulan bagi keangkuhan manusia untuk mengakui bahwa kita perlu diselamatkan, lebih dari pada dididik. Tetapi seluruh dasar iman Kekristenan bertumpu pada dasar pemikiran bahwa manusia membutuhkan seorang Juruselamat.

Alkitab mengajarkan berulangkali bahwa Kristus adalah Pengganti kita. Mungkin ayat yang paling terkenal adalah Yesaya 53. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian.” Ayat 4-6.

Seluruh sistem pengorbanan, sejak Adam dan Hawa di gerbang Eden hingga ke ritual kaabah pada zaman Yesus, didasarkan pada pengertian bahwa seorang pengganti akan datang untuk mengambil tempat manusia berdosa agar dia dapat diselamatkan. Kristus adalah “Anak Domba yang telah disembelih.” Wahyu 13:8.

Bagaimanapun penyaliban itu di hati manusia, keselamatan hanya datang melalui penerimaan akan Juruselamat yang telah disalib dan bangkit. “Berlutut dalam iman di salib, dia telah meraih tempat tertinggi yang dapat dicapai manusia.”—The Acts of the Apostles, hal. 210.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing