Google

Sunday, June 19, 2005

Thesis 45 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 45

Damai datang bukan dari kemenangan, tetapi kemenangan datang dari damai.

Dia telah terlibat jauh dalam budaya pemberontakan, termasuk obat-obatan terlarang dan semua yang termasuk di dalamnya. Sekarang dia sedang mencoba untuk menemukan jalan pulangnya dan telah mengetahui bahwa itu tidak akan mudah. Dia telah bersahabat dengan seorang pria muda di kampus, dan pemuda itu telah membawanya ke kantor saya untuk konseling.

Pada saat dia menggambarkan dilemanya, menceritakan kekecewaannya dengan apa yang telah dunia tawarkan, tetapi mengakui ketidaksanggupannya untuk mengubah pola tingkah laku yang telah memperbudaknya, sesuatu muncul dalam pikiran saya. Dia kedengarannya seperti gambaran yang diberikan dalam buku Steps to Christ, hal. 49.

Maka kami membuka buku itu dan membacanya bersama-sama.

“Ketika kesadaranmu dibangkitkan oleh Roh Kudus, engkau melihat suatu kejahatan dalam dosa, kekuatannya, rasa bersalahnya, telah memisahkan engkau dari Allah, sehingga engkau terikat kepada kuasa kejahatan. Semakin engkau berusaha untuk melepaskan diri, semakin engkau menyadari ketidakberdayaanmu. Motifmu tidak lagi suci, hatimu tidak bersih. Engkau melihat hidupmu telah dipenuhi dengan mementingkan diri dan dosa. Engkau rindu untuk diampuni, untuk disucikan, untuk dibebaskan. Selaras dengan Allah, serupa dengan Dia—apa yang dapat engkau lakukan untuk memperolehnya?”

“Ya,” jawabnya. “Itulah saya. Itulah masalahku. Cepat! Katakan padaku jawabannya. Apa yang dapat aku lakukan?”

Berhentilah bersama saya sejenak dan pikirkan apa kemungkinan jawabannya. Paragraf pertama menggambarkan sebuah hidup yang berantakan. Roh Kudus telah bekerja dalam hati, dan orang tersebut telah menyadari kebutuhan besarnya. Tetapi dia juga menyadari betapa besar ketidakberdayaannya. Dia sepertinya tidak dapat meraih kemenangan atas kehidupannya dalam dosa, dan dia sedang menanyakan bagaimana caranya untuk bebas. Apakah yang dia butuhkan untuk diampuni dan disucikan?

Jika engkau seorang behaviourist (orang yang berpusat pada tingkah laku), jawaban pertamamu tentu di wilayah pekerjaan. Engkau mungkin berkata, “Orang ini perlu berusaha lebih keras untuk melakukan apa yang benar. Dia tidak boleh menyerah. Dia harus memilih untuk menurut Allah, dan Allah kemudian akan memberikan kuasa apapun yang dia perlukan untuk menjalankan pilihan itu.”

Jika engkau seorang relationist (orang yang berpusat pada hubungan), jawaban pertamamu tentu bahwa orang yang digambarkan di sini perlu lebih banyak membaca Alkitab dan berdoa.

Jika engkau seorang religionist (orang yang berpusat pada agama), engkau mungkin menyarankan bahwa solusinya adalah bergabung dengan sebuah gereja, berkumpul bersama orang-orang percaya yang lain.

Tetapi apakah jawaban yang diberikan Steps to Christ? Kalimat berikut, masih pada halaman 49, berkata: “Damailah yang engkau perlukan.”

Betapa sebuah jawaban! Kedengarannya seperti mengatakan kepada seorang yang sedang sekarat karena kehausan bahwa dia memerlukan air. Atau mengatakan kepada seorang anak yang sekarat karena kelaparan bahwa ia membutuhkan makanan. Atau memberitahu kepada sebuah keluarga yang berada di ambang kebangkrutan bahwa mereka membutuhkan uang. Bagaimana bisa seseorang memiliki damai pada saat hidupnya berada dalam kebingungan?

Tetapi tunggu. “Damailah yang engkau perlukan—pengampunan Surga dan damai dan kasih di dalam jiwa. Uang tidak dapat membelinya, kecerdasan tidak dapat menghasilkannya, kebijaksanaan tidak dapat mencapainya; engkau tidak pernah dapat berharap, dengan usahamu sendiri, untuk mendapatkannya. Tetapi TUHAN menawarkannya kepadamu sebagai karunia, ‘tanpa uang dan tanpa harga’... Itu milikmu jika engkau mau mengulurkan tanganmu dan menggenggamnya.”—Ibid.

Pikirkan seorang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang. Apakah dia pernah berbuat kesalahan? Apakah dia pernah jatuh atau gagal? Apakah dia pernah berbuat hal-hal bodoh? Bagaimana semestinya kita memperlakukannya? Ini adalah prinsip universal dan berlaku di segala zaman bahwa orang yang dapat bertumbuh keluar dari kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan hanyalah orang yang dicintai dan diterima ketika ia melakukannya.

Bagaimana dengan belajar mengemudi? Apakah engkau mengingat bagaimana rasanya? Apakah engkau melakukan semuanya dengan benar pada saat pertama kali? Orang yang tetap belajar mengemudi hanyalah orang yang diizinkan untuk membuat kesalahan dan tetap mencobanya.

Pernahkah engkau memulai pekerjaan baru? Apakah engkau mengerjakan segalanya secara sempurna pada hari pertama hingga saat ini? Atau apakah boss-mu mengharapkanmu untuk mengambil waktu untuk belajar? Ketika pegawai baru datang untuk bekerja, bahkan dunia bisnispun memberikan bayaran untuk ketidakberpengalamannya. Dia tidak dipecat pada saat pertama kali gagal mengerjakan sesuatu. Namun, dia diterima dan diteguhkan ketika dia belajar. Hanya itulah lingkungan di mana seseorang dapat rileks dan mengingat cara yang benar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan.

Yesus berkata kepada wanita yang tertangkap melakukan zinah, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Yohanes 8:11. Orang yang dapat berharap untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi hanyalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak dihukum. Damai harus datang lebih dulu. Damai membawa kelepasan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing