Google

Sunday, June 12, 2005

Thesis 52 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 52

Maksud utama belajar Alkitab bukan untuk mendapatkan informasi tetapi untuk mengenal Yesus.

Sekelompok orang Kristen di South Sea Islands pergi ke pantai setiap pagi untuk melihat ke timur untuk mengetahui apakah Yesus sudah datang atau belum. Mereka belum mendengar lagi bahwa TUHAN membangkitkan orang mati, sebagaimana yang Dia lakukan pada zaman Alkitab. Maka mereka berdoa, dan orang-orang mati dibangkitkan.

Salah seorang dari orang-orang Kristen ini sedang berusaha meyakinkan kepala suku untuk mengizinkan putrinya dibaptiskan. Putrinya telah menerima Kristus, tetapi ayahnya telah melarang dia untuk bergabung dengan gereja itu.

“Jika TUHAN mengirimkan gempa bumi besok sore pada jam tiga, maukah engkau mengizinkan putrimu dibaptis?” orang Kristen itu bertanya kepada kepala suku.

Kepala suku itu setuju.

Kemudian, keesokan sorenya pada jam tiga terjadi gempa bumi yang hebat, dan kepala suku mengizinkan putrinya untuk bergabung dengan gereja tersebut.

Penginjil Kristen ini diwawancarai oleh seseorang di Amerika Serikat, yang bertanya kepadanya, “Mengapa sebuah gempa bumi? Tidak bisakah engkau meminta sesuatu yang tidak terlalu spektakuler?”

Dan orang Kristen dari South Sea Islands itu menjawab, “Bukankah TUHAN itu bisa melakukan segalanya? Mengapa tidak meminta sesuatu yang besar?”

Kita tersenyum terhadap iman yang sederhana dari orang-orang “Yang Tidak Jelas” ini. Kita tersenyum terhadap iman seorang anak kecil. Tetapi kita juga iri. Dengan segala kecanggihan informasi yang kita miliki mengenai TUHAN, kadang kala kepercayaan kita sangat jauh dari-Nya.

Saya tidak berkata bahwa informasi itu tidak penting. TUHAN telah menyediakan kita informasi mengenai diri-Nya. Dia ingin iman yang cerdas. Tetapi informasi saja tidak pernah cukup. The Desire of Ages, hal. 455, memberi komentar ini: “Pemahaman dan penghargaan terhadap kebenaran...lebih bergantung kepada hati dari pada pikiran. Kebenaran harus diterima di dalam jiwa; itu menuntut penghormatan dari kemauan. Jika kebenaran diserahkan kepada akal semata, kesombongan akan terdapat di dalam pemahamannya.”

Setan mempunyai informasi lebih lengkap tentang TUHAN dari pada kita semua. Namun informasi itu tidak cukup untuk mencegahnya dari memulai seluruh kekacauan ini pada awalnya. Itu tidak cukup untuk mengubah hidupnya hari ini. Dia memilih memberontak pada awalnya. Dia memilih untuk memberontak di dalam kepenuhan terang kemuliaan TUHAN, dengan informasi yang lengkap tentang TUHAN dan tabiat-Nya. Dan semua informasi yang dia miliki tidak cukup untuk mencegah kejatuhannya.

Informasi penting bagi komunikasi. Tetapi informasih bukanlah pengganti bagi komunikasi.

Kadang kala dua orang dari latar budaya yang berbeda bertemu. Hal ini sering terjadi pada masa perang ketika para prajurit dikirim ke luar negeri. Hal ini terjadi dalam program pertukaran pelajar dan pelajar missionaris. Seorang pria muda dan seorang wanita muda akan tertarik satu dengan yang lain dan memulai sebuah hubungan. Tetapi mereka tidak dapat berbicara satu dengan yang lain.

Mereka sering tersenyum dan bergandengan tangan dan berciuman, dan menyimpulkan karena senang menjalani waktu bersama-sama sehingga mereka menganggap bahwa mereka sedang berkomunikasi. Sang pria berpikir bahwa ini adalah apa yang dia cari selama ini. Sang wanita berpikir ini adalah jawaban dari mimpinya.

Tetapi kadang kala setelah mereka bersama beberapa lama, mungkin bahkan setelah mereka menikah, mereka menemukan bahwa mereka tidak memiliki kesamaan apapun kecuali tersenyum dan bergandengan tangan dan berciuman! Latar belakang mereka berbeda, selera mereka berbeda, ide mereka tentang peran suami dan peran isteri berbeda, tujuan-tujuan hidup mereka berbeda. Dan masalahpun dimulai.

Informasi dan komunikasi harus berjalan bersama. Satu hal pertama yang terjadi ketika missionaris membawa seorang orang-orang kafir dari kegelapan penyembahan berhala kepada Kristus, adalah bahwa mereka mulai mengajar tentang Kristus. Kita mungkin pernah mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang dibawa Roh Kudus kepada penerimaan terhadap Allah sebelum missionaris manusia pernah menjangkau mereka. Tetapi hal pertama yang biasanya terjadi adalah orang itu dituntun ke gereja, kepada Firman Allah untuk mendapatkan informasi tentang Allah yang akan membuat imannya tetap hidup.

Pada sisi lain, di negeri-negeri yang begitu diterangi, informasi mengenai Allah telah memenuhi kesadaran kita sejak bayi. Tetapi kita kurang pengertian mengenai komunikasi. Kita dapat membahas hingga larut malam tentang rincian intelektual tentang Allah dan membicarakannya setiap pekan di Sekolah Sabat, namun tidak pernah menyediakan waktu untuk berbicara dengan TUHAN dan berkomunikasi dengan-Nya secara pribadi.

Alkitab menyediakan informasi sebagai sebuah batu loncatan untuk komunikasi. Yohanes 17:3 berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau.” Mengetahui tentang TUHAN memiliki nilai hanya pada saat itu menuntun kepada pengenalan akan Dia. Pengenalan akan Dia menuntun kepada hidup.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing