Google

Monday, June 06, 2005

Thesis 58 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 58

Orang yang bergantung kepada Allah untuk mendapatkan kuasa tidak harus berusaha keras untuk menurut. Dia harus berusaha keras untuk tidak menurut.

Saudara laki-laki saya dan saya adalah teman sekamar pada saat di perguruan tinggi. Hal ini mengejutkan orang tua kami, karena saudara laki-laki saya dan saya sangat sering bertengkar ketika kami masih remaja sehingga orang tua kami kadang kala bertanya-tanya apakah kami bisa hidup menjadi dewasa—setidaknya bisa berteman baik! Tetapi keajaiban akhirnya terjadi, dan kami memilih untuk tinggal dalam satu kamar.

Pada satu malam Minggu saudara laki-laki saya gelisah. Pada saat itu sedang pertengahan musim dingin—hal yang paling berat pada musim dingin di California Selata—kabut! Itu adalah malam yang baik untuk tetap berada di rumah, meletakkan kakimu di atas meja, bersantai sambil membaca buku yang bagus.

Namun, saudara laki-laki saya memutuskan untuk berjalan keluar. Kenyataannya, dia memutuskan untuk berjalan kaki ke Glendale, tujuh puluh lima mil jauhnya!

Ini bukanlah keputusan yang rasional! Dalam keadaan normal, hal ini akan membuat saya mengikat dia di suatu tempat hingga jiwanya waras kembali. Tetapi saudara laki-laki saya mempunyai tunangan di Glendale. Dia sedang jatuh cinta. Dan saya tahu tentang penyakitnya ini! Maka saya bukan hanya tidak berusaha untuk menghentikannya, saya bahkan bertindak lebih jauh memberikan dorongan dengan mengatakan bahwa tindakannya ini dapat dimaklumi!

Kita telah memperhatikan sejauh ini pada bagian ini bahwa penurutan adalah sebuah karunia. Kita telah melihat bagaimana penurutan sejati datang dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Kita telah mengerti bahwa penurutan sejati adalah alamiah dan spontan. Sekarang kita akan melangkah selangkah lebih jauh. Jika engkau sedang mengalami penurutan sejati, engkau akan harus berusaha lebih keras untuk tidak menurut dari pada menurut.

Jika engkau memiliki kesulitan dengan dasar pemikiran itu, ingatlah saudara laki-laki saya yang berjalan kaki ke Glendale! Dia didorong oleh kekuatan terbesar di dunia ini, kekuatan cinta. Walaupun keadaan tidak memungkinkan, walaupun ada rintangan, walaupun jarak sangat jauh, akan jauh lebih sulit baginya untuk tetap tinggal di asrama dari pada menjalani tujuh puluh lima mil. Berjalan ke Glendale lebih mudah dibandingkan duduk di kursi dengan kaki di meja, membaca buku bagus. Menembus kabut lebih mudah dibandingkan tetap tinggal di asrama. Pergi ke Glendale adalah alamiah dan spontan baginya.

Kadang kala orang-orang menjadi takut ketika kita membicarakan tentang penurutan alamiah dan spontan, kita berbicara tentang penurutan tanpa usaha. Adakah usaha yang terlibat dalam mematuhi TUHAN? Tentu ada! Adakah usaha yang terlibat bagi saudara laki-laki saya untuk berjalan kaki ke Glendale? Tentu! Tetapi yang menjadi persoalan penting adalah: Dimana terletak usaha yang lebih besar?

Jika lebih sulit bagimu untuk mematuhi TUHAN dari pada mengikuti gerakan hatimu, maka engkau belum mengalami penurutan sejati. Jika lebih sulit bagimu untuk tidak menurut, karena gerakan hatimu adalah menuruti TUHAN, maka engkau dapat mengetahui bahwa TUHAN sedang bekerja di dalam engkau, sesuai dengan kehendak dan kerelaan-Nya.

Dalam Mazmur 40:9, Daud menggambarkan penurutan alamiah ketika dia berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” “Melihat kepada Yesus kita mendapatkan pandangan Allah yang lebih terang dan lebih jelas, dan oleh memandang kita diubahkan. Kebaikan, kasih kepada sesama manusia, menjadi naluri alamiah kita.”—Christ’s Object Lessons, hal. 355.

Jika naluri alamiahmu adalah menurut, jika hukum TUHAN ada dalam hatimu dan engkau menemukan kesenangan dalam melakukan kehendak-Nya, maka engkau akan harus berusaha lebih keras untuk tidak menurut dari pada menurut.

Hal itu tidak berarti bahwa penurutan selalu mudah. Tidak selalu mudah untuk mengikuti naluri alamiahmu! Ambil contoh tentang ibu yang membesarkan anak-anaknya. Naluri alamiahnya menuntunnya untuk menempatkan kebutuhan anak-anaknya di atas kebutuhannya sendiri. Naluri alamiahnya akan menuntunnya untuk mengganti popok, walaupun saya dapat menyakinkan engkau dari pengalaman pribadi bahwa mengganti popok bukanlah sebuah tugas yang selalu menyenangkan! Naluri alamiahnya akan menyebabkan dia untuk bangun di tengah malam untuk menyusui atau menjaga bayinya pada saat sebenarnya dia merasa akan jauh lebih menyenangkan untuk terlelap di tempat tidur. Apakah menjaga seorang bayi selalu mudah? Tidak, tetapi itu adalah naluri alamiah bagi seorang ibu atau ayah yang mengasihi.

Bagi orang yang dikendalikan Allah, penurutan mungkin tidak selalu mudah. Tetapi itu selalu lebih mudah!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing