Google

Sunday, June 05, 2005

Thesis 59 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 59

Penurutan yang hanya bersifat eksternal adalah penurutan palsu.

Anak-anak terkenal sangat merepotkan karena mengatakan tanpa berpikir apa saja yang terdapat di dalam pikiran mereka, menyambut tamu untuk makan malam dengan mengumumkan, “Ibu saya berkata dia berharap engkau tidak membicarakan tentang operasimu ketika kita sedang makan” atau menanyakan Bibi Minie, “Mengapa gigimu begitu berantakan?”

Kita orang dewasa merasa ngeri dan mencoba menjelaskan perbedaan antara bijaksana dan menjadi tidak jujur! Itu bukanlah perbedaan yang mudah.

Para remaja sering mengeluhkan tentang kemunafikan di dalam gereja. Mereka cepat melihat perbedaan sebuah standar ganda dalam diri para guru dan pemimpin mereka. Kadang kala pertanyaan-pertanyaan mereka membuat kita bahkan lebih tidak merasa nyaman dari pada pandangan yang berterus terang dari seorang anak berusia lima tahun. Tetapi mereka menuntut jawaban yang jujur dan memandang rendah kepurapuraan. Satu ungkapan yang sering saya dengar akhir-akhir ini dari sekumpulan remaja adalah, “Yang benar aja!”

Itu digunakan sebagai sebuah tantangan terhadap kenyataan, berarti sama seperti, “Engkau pasti bercanda!” atau “Engkau sedang mempermainkan saya!” atau “Engkau tidak sungguh-sungguh!”

TUHAN sendiri menyukai kenyataan! Ketika Yesus berada di bumi, Dia menegur orang-orang Farisi lebih keras dari pada yang lain Beberapa dari bahasa yang paling keras di dalam Alkitab ditujukan kepada orang-orang munafik, seperti Wahyu 3, dimana TUHAN lebih jauh berkata bahwa Dia lebih menyukai orang-orang yang berdosa secara terbuka dari pada orang Kristen yang berpura-pura. Hanya Dai tidak “sesopan” itu mengatakannya! “Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Ayat 15 dan 16. “Kebenaran dirimu sendiri adalah kemuakan bagi TUHAN Yesus Kristus.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 963.

TUHAN menuntut kenyataan! Dia hanya menginginkan doa yang datang dari hati. Dia tidak hanya ingin sekedar kata-kata. Baca Thoughts from the Mount of Blessing, hal. 86. Dia hanya ingin pemberian dan persembahan yang datang karena kasih dan kerelaan memberi. Dia tidak menginginkan apapun yang diberikan dengan enggan. Baca 2 Korintus 9:7. Dan Dia hanya menginginkan pelayanan kasih. Dia menginginkan penurutan yang datang dari hati.

Penurutan luar tidak berlaku bagi TUHAN. “Ada orang-orang yang menyatakan melayani TUHAN, sementara mereka bergantung pada usaha mereka sendiri untuk menuruti hukum-Nya, untuk membangun tabiat yang benar, dan memiliki keselamatan. Hati mereka tidak digerakkan oleh perasaan dalamnya kasih Kristus, tetapi mereka berusaha untuk melakukan tugas-tugas dari kehidupan Kristen seperti yang TUHAN tuntut kepada mereka untuk memperoleh surga. Agama seperti itu tidak ada nilainya.”—Steps to Christ, hal. 44 (penekanan ditambahkan).

“Orang yang mencoba untuk memelihara hukum TUHAN hanya karena sekedar perasaan wajib semata—karena dia dituntut untuk melakukannya—tidak akan pernah memasuki sukacita penurutan. Dia tidak menurut. Ketika tuntutan TUHAN dianggap sebuah beban karena mereka melangkah kepada kecondongan manusia, kita boleh mengetahui bahwa kehidupan seperti itu bukanlah kehidupan Kristen. Penurutan sejati adalah pekerjaan luar dari prinsip-prinsip yang ada di dalam.”—Christ’s Object Lessons, hal. 97. (Penekanan ditambahkan).

Di sini kita menemukan pendapat lain yang meyakinkan untuk penurutan “alamiah”. TUHAN bahkan tidak menganggap “perbuatan-perbuatan baik” sebagai penurutan kecuali itu datang dari hati. Oleh karena itu, setiap moralitas yang kita tunjukkan dengan terpisah dari Dia, setiap paksaan terhadap diri untuk melakukan apa yang Allah telah minta untuk kita lakukan, bahkan tidak dianggap sebagai penurutan.

TUHAN hanya mengenali kenyataan! Jika penurutan kita tidak datang dari dalam, itu sama sekali bukanlah penurutan. Itulah yang Yesus katakan dalam Matius 5, ketika Dia memperingatkan kita tentang kebencian adalah dasar dari pembunuhan dan hawa nafsu adalah dasar dari perzinahan. Tidaklah cukup hanya sekedar menahan diri untuk tidak berbuat jahat. Hasrat untuk keinginan-keinginan yang salah di dalam hati adalah dosa.

TUHAN menjanjikan kita kenyataan! Dia mempunyai lebih banyak untuk ditawarkan kepada kita dari pada seumur hidup memaksa diri kita melakukna apa yang kita benci lakukan dan menggertakkan gigi kita untuk menahan diri melakukan apa yang sungguh-sungguh menyenangkan diri kita. Ketika Dia menghidupkan kehidupan-Nya di dalam kita, kita akan menurut karena penurutan adalah selaras dengan keinginan kita sendiri. Hanya itulah jenis penurutan sejati.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing