Google

Saturday, July 23, 2005

Thesis 11 - DOSA

DOSA

Thesis 11

Dosa(tunggal)—hidup terpisah dari Allah, menghasilkan dosa-dosa(jamak)—melakukan hal-hal yang salah.

Ada perbedaan antara dosa tunggal, menghidupkan hidup yang terpisah dari Allah, dan dosa jamak, melakukan hal-hal yang salah. Hidup yang terpisah dari Allah adalah dasar dari dosa; perbuatan-perbuatan jahat yang sering kita sebut dosa hanyalah hasil dari kondisi kita yang penuh dosa.

Kadang kala kita memikirkannya secara terbalik. Kita berpikir bahwa perbuatan jahat kitalah yang memisahkan kita dari Allah. Tetapi yang benar adalah keterpisahan dari Allah-lah yang menuntun kita kepada perbuatan-perbuatan jahat. Dosa tunggal menuntun kepada dosa jamak.

Mari kita lihat Salomo. Dia memulai pemerintahannya dengan hati yang sepenuhnya menghadap kepada TUHAN. Tetapi sebagaimana tahun-tahun berlalu, sebuah perubahan terjadi. “Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.” I Raja-raja 11:4.

Apa yang terjadi dengan Salomo? Apakah dia mulai melakukan perbuatan-perbuatan jahat, dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan jahat, hingga hatinya tidak lagi sempurna terhadap TUHAN? Tidak, yang terjadi justru urutan sebaliknya. Engkau akan menemukan gambaran kejatuhannya di dalam Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, vol. 2, hal. 1031: “Semua dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat Salomo dapat diikuti dari kesalahan terbesarnya dengan berhenti bergantung kepada Allah untuk mendapatkan kebijaksanaan, dan berjalan di dalam kerendahan hati di hadapan-Nya.”

Hal yang sama terjadi kepada Hawa. Beberapa orang berpikir bahwa ia jatuh karena dia memakan buah larangan itu—pada hal yang sebenarnya adalah dia memakan buah larangan itu karena dia telah jatuh. Pada beberapa saat sebelum dia meraih dan mengambil buah itu, dia telah berada pada posisi tidak mempercayai Allah dan bergantung kepada dirinya sendiri. Tindakan yang mengikuti hal itu hanyalah hasil dari kondisi itu.

Mungkin butuh waktu bagi seseorang yang hidup terpisah dari Allah melakukan dosa yang terbuka. Butuh waktu bagi Salomo. Membutuhkan waktu juga bagi seseorang yang mencari TUHAN dan sebuah hubungan dengan-Nya untuk mengalami kemenangan yang tidak terkalahkan. Adalah mungkin untuk mencari TUHAN dan masih bertumbuh di dalam hal tingkah laku. Tetapi pada akhirnya, kondisi dari hati yang selalu condong kepada Allah adalah faktor penentu bagi kehidupan luar (yang dapat dilihat mata) sebagaimana dengan kehidupan di dalam (hati/pikiran).

“Jika dosa (hidup terpisah dari Allah) adalah menjadi penyebab dosa-dosa (melakukan perbuatan-perbuatan jahat), maka dari manakah dosa itu datang ketika kita mencari sebuah hubungan dengan TUHAN hari demi hari?”

The Desire of Ages, hal. 668, menjawab pertanyaan itu dalam satu kalimat: “Ketika kita mengenal TUHAN sebagaimana hal itu merupakan kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, kehidupan kita akan menjadi sebuah kehidupan penurutan yang terus menerus.”

Walaupun ketika kita berusaha TUHAN hari demi hari, kita mungkin belum mengenal Dia seperti hal itu merupakan kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya. Maka mungkin saja ada saat-saat ketika kita mengalihkan pandangan kita dari pada-Nya sejenak. Ada kalanya ketika kita berhenti bergantung pada-Nya dan kemudian kembali bergantung kepada diri kita sendiri. Dan ketika kita melakukan hal itu, kita akan gagal. Tetapi saat kita terus menerus berusaha mengenal Dia, Dia akan menuntun kita kepada titik mempercayai Dia sepanjang waktu, sehingga tingkah laku kitapun akan menjadi benar juga.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing