Google

Friday, July 22, 2005

Thesis 12 - DOSA

DOSA

Thesis 12

Siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa.

Jika masalah dosa yang sebenarnya terletak dalam ruang lingkup hubungan, dari pada tingkah laku, maka siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa. Bahkan, “perbuatan baik” sekalipun yang dilakukan terpisah dari sebuah hubungan dengan Allah adalah dosa. “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” Roma 14:23. Dan ketika Yesus menggambarkan pekerjaan Roh Kudus kepada orang berdosa, Dia berkata, “Akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.” Yohanes 16:9. Saat kita bergumul dengan kebenaran ini, marilah kita memikirkan tentang halaman rumput sang janda.

Seandainya seorang janda hidup di seberang jalan depan rumahku, dan setiap hari Minggu siang saya memangkas halaman rumputnya. Apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk? Itu mungkin perbuatan baik sejauh yang dilihat tetanggaku. Tetapi bagaimana dengan hatiku sendiri? Thesis ini akan tetap mengatakan bahwa bahkan memangkas halaman rumput seorang jandapun akan menjadi dosa jika saya hidup terpisah dari Allah.

Seorang Atheis bisa saja memutuskan untuk memangkas rumput tetangganya. Apakah hal itu akan membuatnya menjadi seorang Kristen? Seorang yang sekedar menjadi anggota gereja, yang tidak akan berpikir untuk melakukan perbuatan yang salah, tetapi dia juga tidak memiliki waktu pribadi untuk berdoa, belajar firman TUHAN dan berhubungan erat dengan TUHAN setiap hari, bisa saja memangkas rumput sang janda itu. Tetapi jika tindakan itu dilakukan terpisah dari sebuah hubungan yang vital dengan Allah, hati adalah jahat, dan berarti tindakan itu menjadi dosa untuknya juga.

Contohnya, saya bisa saja memangkas halaman rumput sang janda karena saya ingin tetangga saya melihat bahwa saya adalah orang yang baik. Saya bisa saja memangkas rumput sang janda karena saya sedang berusaha menebus dosa-dosa saya di masa lalu. Saya bisa saja memangkas halaman rumput sang janda karena saya mendengar bahwa dia memiliki harta yang banyak, dan saya berharap dia akan mengingat saya saat menuliskan surat wasiatnya. Terpisah dari Allah, motifasi saya akan mementingkan diri, dan tindakan yang saya tunjukkan, baik atau buruk secara luar, akan menjadi dosa.

Adalah mungkin bagi penampilan luar yang menyenangkan untuk menyelubungi dosa yang paling buruk. Selama berabad-abad, alam semesta telah ditakjubkan karena sering kali orang yang paling lemah dan bimbang berada paling dekat dengan Allah, sementara orang yang paling kuat dan berkelakuan terbaik menolak Dia sepenuhnya.

Di antara murid-murid, seorang yang kelihatannya paling banyak dipilih untuk sukses berbalik menjadi seorang yang mengkhianati Yesus. Para pemimpin agama pada zaman-Nya menolak Dia dan menyalibkan-Nya, sementara rakyat jelata, wanita tuna susila, dan para pencuri menjadi pengikut setia-Nya. “Penggoda itu sering kali paling sukses bekerja melalui orang-orang yang paling tidak dicurigai berada di bawah kendalinya…. Banyak orang yang berpendidikan dan berkelakuan baik, yang tidak akan mau tunduk kepada apa yang biasanya disebut tindakan tidak bermoral, adalah alat yang berkilauan di tangan Setan.”—The Great Controversy, hal. 509. Dan Steps to Christ, hal. 58, mengatakan kepada kita, “Cinta akan pengaruh dan hasrat untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain bisa menghasilkan sebuah hidup yang teratur dan tertib. Kehormatan diri bisa menuntun kita menghindari penampilan yang jahat. Hati yang mementingkan diri dapat mempertunjukkan tindakan yang berkemurahan.”

Jika hati penuh dosa, sebuah hidup yang baik dan tertibpun dapat menjadi penipuan yang lebih besar. Mana yang lebih berbahaya: sebuah botol berwarna coklat tua di tempat sampah, dengan tengkorak dan tulang bersilang digambar pada botol tersebut, dan di dalamnya terdapat racun? Atau sebuah botol di dalam lemari es dan diberi merek “7Up” dengan racun di dalamnya?

Apakah engkau hidup dalam dosa hari ini? Hanya sedikit perbedaannya apakah engkau orang yang lemah dan bimbang atau apakah engkau seorang Farisi di antara para Farisi, seperti Paulus sebelum dia bertemu Yesus di jalan menuju Damaskus. Cara untuk bebas dari dosa—apakah dosa itu ditunjukkan dalam perbuatan “baik” atau perbuatan “buruk”—adalah datang kepada Yesus untuk keselamatan, dan tetap datang kepada-Nya. Hanya Yesus yang dapat membawa kita dari dosa kepada kebenaran.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing