Google

Saturday, July 16, 2005

Thesis 18 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 18

Berusaha menyerahkan dosa-dosa kita dapat menghalangi kita dari menyerahkan diri kita.

Mari kita andaikan bahwa engkau memutuskan untuk memberikan pelajaran Alkitab kepada seseorang. Engkau pergi kepada pendeta dan bertanya apakah dia dapat menuntun engkau kepada calon anggota, dan dia berkata, “Ya, sebenarnya ada dua keluarga yang telah meminta pelajaran Alkitab. Engkau boleh memilih mana yang lebih engkau sukai.” Dan dia menggambarkan siapa dan bagaimana mereka kepadamu.

Yang pertama adalah seorang pengusaha sukses di kotamu. Dia dan isterinya dikenal baik di masyarakat. Sang isteri adalah relawan di rumah sakit di kotamu, dan sang suami terlibat dalam kegiatan politik lokal. Anak-anak mereka dididik dengan disiplin yang baik. Keluarga mereka bersih tanpa noda. Tidak seorangpun dari mereka yang minum minuman keras atau merokok. Beberapa tahun lalu mereka menjadi tertarik kepada kesehatan dan sekarang bukan hanya berolahraga lari lima mil setiap hari tetapi mereka juga vegetarian. Sebenarnya, ketertarikan mereka kepada kesehatanlah yang menuntun mereka meminta keterangan tentang Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

Keluarga kedua hidup di pusat kota di apartemen kecil di atas sebuah toko minuman keras. Sang suami dan isteri—mungkin saya sebaiknya mengatakan sang pria dan wanita, karena mereka hanya hidup bersama dan belum menikah secara sah. Pasangan itu belum bekerja; tunjangan kesejahteraan dari pemerintah adalah satu-satunya pendapatan mereka. Sang pria telah menjalani masa penjara lebih dari sekali karena berbagai pelanggaran-pelanggaran yang relatif kecil—mencuri di toko, memiliki narkotika, dan kejahatan-kejahatan sejenis lainnya. Sang wanita adalah pencandu minuman keras dan menderita kelebihan berat badan yang parah. Dia memiliki tiga orang anak, tidak satupun dari mereka yang memiliki ayah yang sama dan tidak satupun dari mereka berhubungan darah dengan “kepala rumah tangga” yang sekarang. Beberapa minggu lalu badan perlindungan anak mengambil anak-anak itu dari rumah mereka untuk sementara, menuntut orang tua tersebut dengan kelalaian dan penyiksaan anak. Krisis inilah yang awalnya membawa mereka berhubungan dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, karena sang ibu ingin dapat memelihara anak-anaknya dan berkata mereka sekarang menyadari bahwa mereka membutuhkan TUHAN jika mereka dapat kembali berkumpul untuk hidup bersama-sama.

Keluarga manakah yang engkau inginkan untuk berhubungan denganmu? Itu adalah pilihanmu! Yang mana menurutmu dari dua keluarga ini yang memiliki potensi yang lebih besar untuk menjadi orang-orang Kristen yang baik, orang-orang Advent yang baik?

Saya masih ingat ketika mengunjungi seorang pria alkoholik yang menjadi suami salah seorang anggota gereja. Pada saat kami mencoba berbicara, dia menatap saya dengan matanya yang merah dan berkata, “Saya sangat mengagumi orang-orang Advent. Butuh orang yang kuat untuk menjadi seorang Advent.

Apakah engkau setuju dengan hal itu? Atau dapatkah seorang yang lemah menjadi seorang Advent yang baik? Mungkinkah untuk mengisi gereja dengan orang-orang kuat yang tidak akan berpikir untuk melakukan sesuatu yang salah, tetapi tidak pernah menyadari kebutuhan mereka akan Kristus?

Tidak ada bedanya bagi Setan apakah seseorang itu sesat di dalam gereja atau di luar gereja. Dan salah satu jalan penipuannya untuk mencegah kita memasuki pengalaman penyerahan yang sejati adalah dengan membuat kita berusaha mengatasi dosa-dosa kita, berjuang keras untuk menghidupkan kehidupan yang baik.

Berusaha untuk menyerahkan dosa-dosamu adalah sebuah jalan buntu apakah engkau kuat atau lemah. Jika engkau kuat, kelakuan baikmu akan menjadi penghalang antara engkau dan Juruselamat. Jika engkau lemah, engkau akan menjadi begitu tawar hati dan dihanyutkan oleh kegagalan-kegagalanmu yang akan membuatmu benar-benar menyerah. “Kita tidak melihat kepada diri kita. Semakin kita menetap di atas ketidaksempurnaan kita, semakin sedikit kekuatan yang kita dapatkan untuk mengalahkannya.”—Ellen White, Review and Herald, Januari 14, 1890.

Bangsa Yahudi pada masa Kristus mempertunjukkan prinsip ini. Gereja-gereja Yahudi dipenuhi oleh orang-orang kuat. Butuh orang kuat untuk menjadi seorang Farisi! Namun orang-orang kuatlah yang menolak dan akhirnya menyalibkan Yesus.

Orang-orang lemah di negara Yahudi berada di luar, dikutuk sebagai orang-orang berdosa besar. Para pemimpin telah mengucilkan mereka sejak dahulu karena kegagalan dan dosa-dosa mereka. Mereka telah menyerah untuk berharap dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Namun orang-orang lemah itu bergerombol di sekeliling Yesus, menerima berkat-berkat-Nya, dan menjadi pengikut-pengikut-Nya yang paling setia.

Kelihatannya sungguh tidak ada harapan bagi orang-orang kuat, bukat? Haruskah kita keluar dan menjadi pemabuk supaya kita dapat mengetahui kebutuhan kita? Atau haruskah kita semua, lemah atau kuat, menyadari sekali lagi bahwa tingkah laku kita tidak akan menyebabkan kita selamat atau binasa. Semua harus datang kepada Yesus untuk menerima keselamatan dari-Nya.

Apakah engkau orang kuat? Begitu juga dengan Paulus. Begitu juga dengan Nikodemus. Apakah engkau orang lemah? Begitu juga dengan Maria. Begitu juga dengan Petrus dan Matius. Begitu juga dengan orang yang dirasuki setan. Semua mereka memiliki kebutuhan yang sama, kebutuhan untuk menyerahkan diri mereka dan datang kepada Yesus. Semua mereka menemukan bahwa Dia menerima mereka ketika mereka datang kepada-Nya.

Dia juga mau menerima engkau hari ini.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing