Google

Friday, July 15, 2005

Thesis 19 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 19

Tidak seorangpun yang dapat menyalibkan dirinya atau membawa dirinya untuk menyerah. Seorang yang lain harus melakukan hal itu baginya.

Mungkin salah satu dari kebenaran yang tersulit untuk diterima di dalam wilayah penyerahan adalah bahwa kita tidak dapat melakukannya! Bila kita dapat melakukan penyerahan, maka kita tidak perlu menyerah. Jika kita dapat melakukan sesuatu, maka kita tidak harus menyerah. Karena penyerahan, atau menyerah, adalah mengakui bahwa kita tidak dapat melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, pekerjaan yang membawa kita ke titik penyerahan harus menjadi pekerjaan TUHAN. Hal itu bukanlah sesuatu yang dapat kita kerjakan bagi diri kita sendiri.

Sebagai mana yang telah kita ketahui di awal, si jahat telah menyediakan jalan samping pada setiap langkah bagi seseorang yang menyadari kebutuhannya terhadap Kristus dan memutuskan untuk datang kepada Yesus. Setan berkata, “Engkau adalah orang berdosa, dan engkau tidak memiliki kebenaran. Itu benar—maka usahakanlah kebenaranmu.” Dan kita menjalani hari-hari dan tahun-tahun yang penuh kesiasiaan untuk menghasilkan kebenaran melalui kuasa kemauan.

Kemudian kita mendengar tentang kebenaran yang menyatakan bahwa kebenaran datang hanya melalui iman, dan sang iblis segera melompat dan berkata, “Itu benar, engkau membutuhkan iman. Mulailah mengusahakan imanmu.”

Dan setelah kita mulai mengerti bahwa iman adalah karunia, bukan hasil usaha kita, iblis menemui kita kembali pada langkah terakhir untuk datang kepada Kristus, penyerahan, dan berkata, “OK, sekarang apa yang engkau perlu lakukan adalah berusaha keras untuk menyerah.”

Kadang kala orang tua dan para guru dan para pendeta dan para pemimpin gereja telah tanpa sadar menolong iblis dalam kampanyenya! Pernahkah engkau berada di sebuah perbaktian di mana seorang pendeta atau seorang guru mengajakmu berusaha keras untuk berserah? Pernahkah engkau melihat, mungkin, sebuah altar kecil berada di depan dengan sebuah nyala api kecil dan secarik kertas dibawa ke depan? Dan engkau menuliskan dosa-dosa yang ingin engkau serahkan pada secarik kertas itu dan membawanya ke depan dan meletakkannya di api tersebut. Apakah itu penyerahan?

Pernahkah engkau bertanya-tanya bagaimana membersihkan dirimu dari beberapa dosa di dalam hidupmu dan pernahkah seseorang berkata kepadamu bahwa yang harus engkau lakukan adalah menyerahkannya? Dan engkau berusaha untuk menyerah. Engkau mengatakan kata-kata ini. Engkau berkata, “Aku menyerahkan ketidakjujuranku,” atau, “Aku menyerahkan angan-angan jahatku.” Engkau mendoakan kata-kata itu. Tetapi engkau menemukan bahwa ketidakjujuran dan angan-angan jahat itu masih ada di dalam dirimu.

Alkitab menggunakan perumpamaan dari penyaliban sebagai lambang dari pengalaman penyerahan. Paulus berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus.” Galatia 2:19. Yesus menggunakan lambang itu berulang kali, mengundang pengikut-pengikut-Nya untuk memikul salib mereka dan mengikut Dia. Lihat Matius 10:38; Lukas 14:27; Markus 8:34. Sebenarnya , pada saat Yesus berbicara tentang salib, Dia selalu menghubungkan hal itu sebagai salib kita, tidak pernah salib-Nya sendiri.

Pikirkanlah sebentar tentang penyaliban. Bagaimana hal itu diselesaikan? Mudah untuk mengingatnya, bukan? Berapa kali kita telah melihat karya seni dan mendengar tentang paku-paku dan kayu itu? Tetapi perhatikan satu hal yang utama. Engkau tidak dapat menyalibkan dirimu sendiri. Seseorang yang lain harus melakukannnya bagimu.

Jika engkau ingin bunuh diri, engkau bisa melakukannya dengan sejumlah cara. Engkau dapat menempelkan pistol di keningmu dan menarik pelatuknya. Engkau dapat melompat dari jembatan Golden Gate atau Empire State Building. Engkau dapat memakan obat tidur dalam jumlah besar, atau mengunci dirimu di dalam mobil di garasi dengan mesin menyala. Orang-orang telah mengusahakan berbagai cara dengan tingkat keberhasilan yang lebih besar atau lebih kecil. Tetapi tidak seorangpun yang pernah mampu untuk melakukan bunuh diri dengan menyalibkan dirinya.

Christ Object Lessons menyatakannya begini, “Tidak ada manusia yang dapat mengosongkan dirinya dari diri itu sendiri. Kita hanya dapat mengizinkan Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan itu.”—Hal. 159. Bagaimana kita dapat mengizinkan Kristus menyelesaikan pekerjaan itu? Hal itu menyangkut lebih dari hanya berkata atau berdoa. “Bibir bisa saja menyatakan kemiskinan jiwa yang tidak diakui hati. Sementara berbicara kepada TUHAN tentang kemiskinan roh, hati bisa saja terombangambing dengan kecongkakan akan keunggulan dari kerendahan hati dan kebenaran yang ditinggikan. Hanya satu cara bagi diri untuk dapat mendapatkan kebenaran sejati. Kita harus memandang pada Kristus.”—Idem.

Pada saat kita membuat pilihan untuk menjalani waktu hari demi hari dengan memandang Kristus, pada saat kita mengundang Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam hidup kita, Dia akan menuntun kita langkah demi langkah kepada titik penyerahan. Menyerah hanya mungkin ketika Dia telah membawa kita pada titik itu.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing.