Google

Wednesday, July 13, 2005

Thesis 21 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 21

Menyerahkan kemauan adalah menyerahkan kuasa memilih, tetapi kita menggunakan kuasa memilih kita untuk menyerahkannya. Kita menyerahkan kuasa memilih tingkah laku kita; kita memegang teguh kuasa memilih hubungan kita.

Tolong ambil kaca pembesarmu dan bergabunglah bersama saya untuk melihat dari dekat pada satu halaman, halaman 47, dalam buku Steps to Christ.
“Banya yang bertanya-tanya, ‘Bagaimanakah aku melakukan penyerahan diriku kepada TUHAN?’ Engkau berhasrat menyerahkan dirimu kepada Dia, namun engkau lemah dalam kuasa moral, dalam perbudakan keraguraguan, dan dikendalikan oleh kebiasaan-kebiasaan hidupmu yang penuh dosa. Janji-janji dan tekad-tekadmu seperti tali yang lapuk. Engkau tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiranmu, dorongan-dorongan hatimu, dan kesenangan-kesenanganmu. Ingatanmu terhadap janji-janjimu yang kau ingkari dan sumpah-sumpahmu yang engkau khianati melemahkan keyakinanmu dalam keikhlasanmu, dan menyebabkan engkau merasa bahwa TUHAN tidak dapat menerimamu, tetapi engkau tidak perlu putus asa.”
Pada saat pertama kali saya membaca hal itu, saya berkata, “Bagaimana penulis Steps to Christ bisa mengenaliku begitu baik?” Tetapi halaman itu mempunyai kabar baik. Dia berkata, “Engkau tidak perlu putus asa. Apa yang perlu engkau mengerti adalah kuasa kemauan yang sebenarnya.”—Ibid.
“Itu benar,” saya pikir. “Saya tidak memiliki kuasa yang cukup atas kemauan saya. Saya tidak bisa menjauhi stopless biskuit. Saya tidak bisa memaksa diri saya untuk berlari setap pagi. Saya tidak bisa menguasai amarah saya. Saya membutuhkan kekuatan lebih banyak lagi.”
Dan saya mulai lagi dengan janji-janji dan tekad-tekad, terbuat dari tali lapuk, dan kembali berakhir dengan cara yang sama dengan yang pertama kali. Hal itu begitu menawarkan hati sebelum berkali-kali lagi, kapan saja saya kembali ke halaman 47, saya akan berkata, “Oh—itu lagi!” Dan melompat ke halaman 49!
Tetapi penjelasannya melekat pada kalimatnya, jika engkau mengambil waktu untuk sungguh-sungguh membacanya. “Apa yang perlu engkau mengerti adalah kuasa kemauan yang sebenarnya. Ini adalah kekuatan yang memerintah di dalam sifat alamiah manusia, kuasa untuk memutuskan, atau memilih.”
Lalu apakah kemauan itu? Kuasa memilih. Ada perbedaan yang sangat besar antara kemauan—kuasa memilih—kuasa kemauan—disiplin diri atau keteguhan. Maka marilah kita lanjutkan membaca dan menggantikan “kuasa memilih,” persamaan yang diberikan bacaan tersebut untuk kata kemauan.
“Semua bergantung pada tindakan yang benar dari kemauan. [OK, ganti. Semua bergantung pada tindakan yang benar dari kuasa memilih.] Kuasa memilih telah diberikan TUHAN kepada manusia; itu harus mereka latih. Engkau tidak dapat mengubah hatimu, engkau tidak bisa dengan kekuatanmu sendiri menyerahkan segala kesenangan-kesenanganmu kepada TUHAN; tetapi engkau dapat memilih untuk melayani Dia. Engkau dapat memberikan kemauanmu kepada-Nya. [Engkau dapat memberikan kuasa memilihmu kepada-Nya.] Kemudian Dia akan bekerja di dalammu untuk mau dan bekerja sesuai dengan kesenangan-Nya. Maka seluruh sifat alamiahmu akan berada di bawah kendali Roh Kristus....
“Banyak yang akan hilang sementara berharap dan berhasrat untuk menjadi orang-orang Kristen. Mereka tidak datang ke titik penyerahan kemauan kepada TUHAN. [Mereka tidak datang ke titik penyerahan kuasa memilih kepada TUHAN.]....
“Melalui latihan yang benar kemauan [kuasa memilih], sebuah perubahan yang menyeluruh akan dibuat di dalam hidupmu. Dengan menyerahkan kemauanmu [kuasa memilihmu] kepada Kristus, engkau akan menggabungkan dirimu dengan kekuatan yang berada di atas segala kerajaan-kerjaan dan kekuasaan-kekuasaan. Engkau akan mendapatkan kekuatan dari atas untuk menjagamu tetap teguh, dan melalui penyerahan yang terus-menerus kepada TUHAN engkau akan dimampukan untuk menghidupkan kehidupan yang baru, bahkan kehidupan iman.”—Hal. 47, 48.
Tetapi membutuhkan kuasa memilihmu untuk menyerahkan kuasa memilihmu! Sekali lagi, ini adalah perbedaan antara tingkah laku dan hubungan. Kita menyerahkan kuasa memilih tingkah laku kita. Kita memegang teguh kuasa memilih hubungan kita. Saat kita terus-menerus memilih untuk memasuki hubungan pribadi dengan Kristus setiap hari, Dia bekerja di dalam kita, untuk mau dan melakukan kesenangan-Nya. Kita tidak dapat membawa diri kita ke titik menyerahkan kemauan kita, istilah lain untuk penyerahan. Tetapi kita dapat mengizinkan Kristus melakukan pekerjaan itu, dengan menempatkan diri kita di dalam tangan-Nya saat kita mengusahakan hubungan pribadi dengan-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing