Google

Thursday, July 07, 2005

Thesis 27 - PERTOBATAN

PERTOBATAN

Thesis 27

Pertobatan adalah dukacita terhadap dosa dan berpaling dari perbuatan-perbuatan dosa. Pertobatan adalah karunia. Oleh karena itu, dukacita terhadap dosa adalah karunia, dan berpaling dari perbuatan-perbuatan dosa adalah karunia.

Pada awal masa pelayanan saya, saya menemukan diri saya pada posisi yang paling tidak nyaman. Saya belum diubahkan, dan saya tidak tahu bagaimana caranya untuk diubahkan. Saya belum diselamatkan, dan saya tidak tahu bagaimana supaya selamat. Dan bagi seseorang yang belum diubahkan dan belum diselamatkan pelayanan penginjilan adalah tempat yang paling tidak nyaman di dunia ini!

Musim panas tiba. Waktu untuk pertemuan perkemahan semakin dekat. Sebagai seorang pendeta muda, salah satu tugas saya adalah menolong untuk mendirikan tenda-tenda di lokasi perkemahan seminggu sebelum pertemuan dimulai. Pendeta-pendeta yang ditugaskan mendirikan tenda telah mendirikan tenda-tenda baris pertama, maka mereka masih punya banyak pekerjaan, dan mereka butuh istirahat! Kami tidak biasa dengan gerak badan seperti ini! Sementara kami beristirahat sejenak di antara barisan tenda-tenda, kami menjadi terlibat dalam sejenis diskusi theologikal. Kami berbicara tentang dimana Perang Armagedon akan terjadi dan apakah sayap malaikat-malaikat mempunyai bulu atau tidak! Saya melihat kesempatan saya.

Kepada salah seorang pendeta yang lebih senior, saya bertanya, “Apa yang akan engkau katakan kepada seseorang yang bertanya bagaimana caranya supaya selamat?”

Dia berkata, “Saya akan katakan kepadanya agar bertobat.”

“Seandainya mereka bertanya bagaimana caranya bertobat?”

“Yah, pertobatan adalah berdukacita karena dosa-dosamu dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa itu.”

“OK, bagaimana engkau menjauh dari dosa-dosamu?”

“Mengapa, engkau bertobat!”

Saya berkata, “Tunggu dulu. Apakah engkau mengatakan kepada saya bahwa cara menjauh dari dosa-dosamu adalah dengan menjauh dari dosa-dosamu, dan cara untuk bertobat adalah dengan bertobat?”

“Ya, itu benar,” dia berseri-seri, jelas merasa senang dengan menjernihkan pemahaman saya tentang masalah itu.

Defenisi klasik untuk pertobatan, ditemukan pada halaman 23 dari buku Steps to Christ, menggunakan kata-kata yang paling tepat. “Pertobatan termasuk berdukacita karena dosa dan menjauhinya.” Tetapi kebenaran tentang pertobatan yang luput dari saya adalah bahwa pertobatan adalah sebuah karunia. Itu bukan sesuatu yang kita raih; itu adalah sesuatu yang kita terima. Itu membuat perbedaan yang menyeluruh.

Kisah 5:31 mengatakan kepada kita bahwa pertobatan adalah karunia Allah. Selected Messages, jilid 1, halaman 353, berkata dengan jelas, “Pertobatan, sebagaimana pengampunan, adalah karunia dari Allah melalui Kristus.” Maka semua pertobatan yang kita usahakan atas kekuatan kita, semua pertobatan yang dihasilkan diri kita, pasti akan segera gugur di hadapan pertobatan sejati. Kita mungkin mampu menyesali konsekwensi-konsekwensi dari perbuatan-perbuatan jahat kita. Kita mungkin menyesali apa yang dihasilkan oleh kehidupan kita yang penuh dosa. Tetapi kecuali kita menerima pertobatan yang merupakan karunia dari Allah, kita tidak akan mampu berjalan lebih jauh dari pada sekedar menyesal saja.

Berdukacita karena dosa, berdukacita karena hidup terpisah dari Allah, hanya dapat datang dari TUHAN sendiri. Kita tidak dapat membuat diri kita menyesal. Kesedihan sejati atas dosa adalah sebuah karunia.

Dan menjauh dari dosa-dosa juga karunia. Kita tidak menjauhi dosa untuk bertobat. Kita datang kepada Yesus untuk bertobat! Dan Roma 2:4 berkata bahwa adalah kebaikan Allah-lah yang menuntun kita kepada pertobatan. Kita sangat mengenali sepenuhnya kejahatan dosa ketika kita sangat menyadari sepenuhnya kasih Yesus. Pada saat kita mempelajari kehidupan Yesus, saat kita merenungkan pengorbanan-Nya bagi kita di salib, hati kita menjadi remuk, dan kita mengalami pertobatan sejati. Dosa tidak lagi menjadi menarik. Ketika hati kita diubahkan, tindakan kita diubahkan, dan kita menerima karunia pertobatan. Bagian kita hanyalah, selalu, datang kepada-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing