Google

Monday, July 25, 2005

Thesis 9 - DOSA

DOSA

Thesis 9

TUHAN tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena dilahirkan penuh dosa.

Suatu hari di California Selatan, seorang petugas lalu lintas jalan raya memerintahkan saya untuk menepi di sisi jalan. Proyek pelebaran jalan yang sedang dikerjakan, menjadi penyebab kesulitan itu. Saya telah mengemudi di jalur yang salah, namun tidak menyadari bahwa itu adalah jalur yang salah, karena garis marka jalan ditutupi lumpur yang diakibatkan proyek itu. Walaupun saya tahu peraturan tentang mengemudi pada jalurku, saya tidak menyadari bahwa saya telah melanggar peraturan pada saat itu.

Petugas yang menilang saya berpendapat bahwa ketidaktahuan itu tidak dapat dimaafkan. Tetapi menurut saya hal itu merupakan alasan yang sangat baik! Maka dari pada membayar denda, saya pergi ke pengadilan untuk membela perkara saya. Untungnya, hakim melihat masalahnya sama seperti saya dan membatalkan tuntutan.

Apakah menurutmu hakim itu yang benar, atau petugas lalu lintas itu? Apakah engkau pikir ketidaktahuan dari pelanggaran adalah alasan yang sah, atau tidak? Bagaimana TUHAN melihat ketidaktahuan kita, dalam istilah tetap menuntut pertanggungjawaban kita atas pelanggaran hukum-Nya?

Kita dapat mempelajari beberapa ayat-ayat Alkitab untuk menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Yehezkiel 18:20 berkata, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.” Dalam Yohanes 15:22, Yesus berkata, “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!” Kembali dalam Yohanes 9:41, Yesus berkata, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.”

Pernahkah engkau bertanya-tanya mengapa perlu begitu lama sebelum Yerusalem dimusnahkan setelah Yesus datang dan berbicara kepada bangsa Yahudi, meninggalkan mereka tanpa dalih? Mengapa api tidak turun dari surga pada pagi setelah kebangkitan dan memusnahkan orang-orang yang telah membunuh Anak Allah?

Buku The Great Controversy memberikan dua alasan: Pertama, tidak semua orang telah mendengar, bahkan orang-orang dewasapun. Kedua, anak-anak. “Masih banyak diantara bangsa Yahudi yang belum mengetahui tabiat dan pekerjaan Kristus. Dan anak-anak belum menikmati kesempatan atau menerima terang yang ditolak oleh orang tua mereka. Melalui khotbah para rasul dan teman-teman sejawat mereka, TUHAN akan memancarkan terang itu ke atas mereka; mereka akan diizinkan untuk melihat bagaimana nubuatan telah digenapi, tidak hanya dalam kelahiran dan kehidupan Kristus, tetapi di dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Anak-anak tidak memikul dosa orang tua mereka; tetapi ketika, dengan pengetahuan dari seluruh terang yang telah diberikan kepada orang tua mereka, anak-anak menolak terang tambahan yang telah dikaruniakan kepada diri mereka, mereka menjadi ikut ambil bagian dalam dosa-dosa orang tua mereka, dan memenuhi ukuran kesalahan mereka.”—Hal. 27, 28.

Bukankah kabar baik bahwa Sang Hakim seluruh alam semesta menerima ketidaktahuan kita akan hukum-Nya sebagai pertimbangan sebelum mengumumkan hukuman ke atas kita? Walaupun kita penuh dosa sejak dilahirkan, Dia tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena kondisi kita hingga kita memiliki terang yang cukup dan kesempatan untuk bertobat.

Sedikitnya kita mempunyai tiga masalah dengan dosa dalam dunia ini. Pertama adalah masalah sifat alamiah penuh dosa di dalam mana kita dilahirkan. Kedua adalah masalah catatan sejarah kita yang penuh dosa, dosa-dosa masa lalu yang telah kita lakukan. Ketiga adalah masalah dosa-dosa yang kita lakukan pada masa sekarang. Kadang kala orang-orang berpikir jika kita berhenti berbuat dosa pada masa sekarang, dan tidak pernah berbuat dosa atau jatuh atau gagal lagi, maka kita tidak lagi memerlukan Yesus. Tetapi selama kita hidup di bumi ini, kita masih membutuhkan karunia pembenaran-Nya untuk menutupi dosa-dosa masa lalu kita dan kondisi alamiah kita yang penuh dosa.

Pada pihak lain, beberapa orang percaya bahwa sesuatu perlu dilakukan untuk menebus sifat alamiah kita yang penuh dosa dan percaya bahwa kita berdosa sejak lahir, maka mereka memutuskan perlunya baptisan bayi untuk mengatasi masalah itu. Augustine mengajarkan apa yang kadang kala disebut doktrin asal mula dosa, walaupun hal itu lebih tepat disebut “asal mula kesalahan.” Dia percaya dalam kondisi yang penuh dosa dari kelahiran manusia—dan dia juga percaya bahwa kita harus bertanggungjawab atas kondisi itu.

Tetapi TUHAN tidak pernah menuntut kita bertanggungjawab atas dosa kita—apakah itu kondisi alamiah yang penuh dosa atau dosa di masa lalu atau masa sekarang—hingga kita mengerti dua hal: Pertama, itu adalah dosa, dan kedua, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya. Hanya dengan itulah tuntutan pertanggungjawaban dimulai.

Pekerjaan TUHAN bukanlah mencoba untuk mengetahui berapa banyak kira-kira orang yang dapat dihalangi-Nya masuk ke surga. Tetapi, karena kasih-Nya yang besar, Dia melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan Kasih Allah untuk menjangkau setiap orang agar dapat berada di sana. Penyelesaian kondisi alamiah yang penuh dosa, dosa masa lalu, dosa masa sekarang, diberikan melalui kasih karunia-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing